EV. DR. MR. TALAS SIANTURI

Biografi Ev. DR. MR. Talas Sianturi (Op. Naomi Doli)
Pomparan Raja Simataniari Sianturi, Ompu Guru Talas, Raja Ihutan nomor sundut 16

  • Nama : Ev. DR. MR. Talas Sianturi (Op. Naomi Doli)
  • Tempat/tgl lahir : di Kabanjahe, tanggal 22 Juli 1930
  • Wafat : Pada hari Senin, 18 Januari 2021
  • Dimakamkan : Pada hari Selasa, 19 Januari 2021 di San Diego Hills
  • Pendidikan
    • Umum
      1. Christelijke Hollands Inlandse School (HIS) di Gunung Sitoli, P. Nias (sampai dengan kelas V) dan dilanjutkan dengan SR VI di Paranginan, Tapanuli Utara (1942 – 1943)
      2. SMP di Siborong-borong, Tapanuli Utara (1945 – 1948)
      3. SMA di Sigompulon, Tarutung (1948)
      4. SMA di Pematang Siantar/Medan (1950 -1952)
      5. Fakultas Hukum & Pengetahuan Masyarakat, Universitas Indonesia (Jakarta 1952 – 1956)
      6. International Business Transaction & Patent Consultant Courses (1990 & 1991)
      7. Graduate Certificate in Comparative Law Programme, University of Technology (UTS), Sydney, Australia (1992)
      8. Covington Theological Seminary, Rossville, Georgia, USA (Master of Ministry & Doctor of Ministry Programs 1995 – 1996)
    • Militer
      1. Sekolah Pelayaran Tentara Jepang di Padang (1945)
      2. Latihan Dasar Infantri, Bogor (1954)
      3. Akademi Hukum Militer (AHM) 1952 – 1956
  • Karir & Profesi
    • Guru SMP di Bakara, Tapanuli Utara 1950
    • PNS (Ahli Hukum) pada Direktorat Hukum Kehakiman Angkatan Darat (1952 – 1960) di Jakarta
    • Asisten Dosen pada Akademi Hukum Militer di Jakarta (1956 – 1962)
    • Jaksa pada Instansi Kejaksaan (1959 – 1968)
      • Kepala Bagian Bangsa Asing, Dinas Reserse Pusat, Kejaksaan Agung
      • Kepala Bagian Ekonomi Kejaksaan Negeri Istimewa/Kejaksaan Tinggi Jakarta
      • Pds Kepala Kejaksaan Negeri Istimewa/Kepala Kejaksaan Tinggi Jakarta
      • Kepala Kejaksaan Negeri Semarang
    • Advokat & Pengacara di Jakarta (1968 – 2000)
    • Full Gospel Business Men’s Fellowship International (FGBMFI)
      • Chapter Second Vice President Full Gospel Business Man Fellowship International (FGBMFI)
      • Chapter President FGBMFI Jakarta
      • Field Representative FGBMFI untuk membawahi beberapa chapter
      • National Director FGBMFI membawahi beberapa chapter di Indonesia bagian barat
      • International Director FGBMFI di Indonesia (Pelayanan Teaching & Training dan Airlifts di Indonesia & di luar negeri)
  • Aktifitas Kemasyarakatan Lainnya
    • Sosial Marga :
      • Penasehat Punguan Simatupang Sianturi Simataniari Boru Bere Sejabodetabek
      • Penasehat Punguan Ompu Guru Talas Boru Bere Sejabodetabek
    • Aktifitas gerejawi :
      • Sejak membeli satu kantor 4 lantai lagi di jalan Majapahit no.18-22, Blok c-22, Jakarta Pusat. Gedung perkantoran tersebut sejak kami beli belum pernah ditempati, dan sejak tahun 1993 gedung tersebut digunakan untuk kegiatan pelayanan kerohanian oleh Gereja Betel di Indonesia (jemaat Kasih Karunia)
      • Sebagai ketua Panitia Dana Pembangunan Gereja HKBP Sudirman
  • Pasangan (istri/suami) : Meis Tiurma boru Siahaan (Ompu Naomi Boru)
  • Anak :
    1. Batara Paruhum Sianturi / Debbie br. Tampubolon (Ama Naomi)
    2. Banua Parluhutan Sianturi / Vera br. Silalahi
    3. Dewi Nirmala br. Sianturi menikah dengan Bintang Charles Hamonangan Simangunsong
    4. Deborah Berliana br. Sianturi menikah dengan Matteo Leone Bormenti
  • Saudara/i Talas Sianturi (isteri, Meis Tiurma boru Siahaan):
    1. Sinta Mauli boru Sianturi (suami, Gayus Maruli Siburian)
    2. Marintan boru Sianturi (suami, Rudolf Siburian)
    3. Leang Guti Tiarma Clara boru Sianturi (suami, Daulat Siburian)
    4. Saut Hatigoran Sianturi (isteri, Dini Wardini boru Simanjuntak)
    5. Dame Nabot boru Sianturi (suami, Sopar Sitinjak)
    6. Emmy Eveline boru Sianturi (suami, Karim Robinson Hutajulu)
    7. Polenia boru Sianturi (suami, Berry Krisman Aritonang)
    8. Emelia Lientje boru Sianturi (suami, Prof. DR. Olo Simbolon)
    9. Rusti Rumianna boru Sianturi (meninggal waktu kecil)
    10. Rukiah Odorlan boru Sianturi (suami, Victorianus Manurung)
    11. Tumpal Badia Raja Sianturi (meninggal waktu kecil).
  • Orang Tua :
    • Melanthon Sianturi (Ompu Batara) (Ayah)
    • Nunia boru Simanjuntak (Ompu Batara Boru) (Ibu)
  • Ompung :
    • Doli : Sintua Ruben Sianturi
    • Boru : Bilha boru Lumban Tobing
  • Hula-hula Marga : Siahaan
  • Tulang Marga : Simanjuntak
  • Bona tulang Marga : Tobing
  • Tulang rorobot Marga : ………………….

Ev. DR. MR. Talas Sianturi
Sejarah singkat dari Ev. DR. MR. Talas Sianturi (Op. Naomi Doli), (22 Juli 1930 – 18 Januari 2021) adalah Seorang Pengacara kondang dan sebelumnya berprofesi sebagai Jaksa. Menurut Bapak Hasoloan Sianturi, Talas Sianturi, setelah pensiun dari Jaksa, berobah professi menjadi pengacara yang lebih fokus ke perdata perjanjian dan perdata bisnis. Sebutan Mester telah sangat melekat pada Talas Sianturi yang berawal dari Meester inde Rechten, gelar setelah menyelesaikan  studinya dalam ilmu hukum dari universitas dengan mengikuti sistem  Belanda kala itu. Gelar Mester inderechten diubah menjadi Sarjana Hukum (SH) setelah Keputusan Presiden RI No 265 Thn 1962. Mr Talas Sianturi lulus Fakultas Hukum sebelum tahun 1962. Semua lulusan Ilmu hukum sebelum 1962 masih memakai gelar Mesterinderechten dari UI. Kesan yang tidak terlupakan dari Bapak Hasoloan Sianturi; Adalah pada pertemuan pertama DR Talas dengan dia. Mengingat cerita kesuksesan Mr Talas dan kemudian aktif di penginjilan, Bapak Hasoloan Sianturi meminta agar Mr Talas mau menumpangkan tangan di atas kepalanya.

‘’Harapan saya supaya berkat kesuksesannya dan pelayanan kepada Tuhan, bisa turun ke saya dan kepada keturunan saya. Semoga Doanya dikabulkan Tuhan  untuk  kita, untuk masyarakat Paranginan,” Ev. DR. MR. Talas Sianturi.

“Saya berangan-angan pada umur 40 tahun saya sudah mempunyai keuangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup di hari tua saya. Saya kemudian mulai usaha mendirikan Kantor Advokat & Pengacara yang
berkantor di jalan Hayam Wuruk (Gedung Harco Blok D-8), Jakarta kota.”
Ev. DR. MR. Talas Sianturi.

“Ketika saya menyadari semua dosa dan mengakuinya serta meminta Tuhan mengampuni dosa-dosa saya, seluruh beban saya rasanya terlepas, jiwa saya menjadi sangat tenang, ada damai sejahtera, ada sukacita, ada kelegaan yang luar biasa. Pulang dari tempat itu, mata saya menjadi terang, memandang segalanya menjadi tidak biasa, daun-daun pepohonan menjadi lebih hijau. Inilah yang disebut kelahiran baru. Saya menjadi manusia baru yang dipenuhi kasih Tuhan. Tidur saya menjadi nyenyak.” Ev. DR. MR. Talas Sianturi.

“Tiap pagi saya pergi ke lapangan Monas, jalan kaki dari rumah saya di jalan Kartini, Pasar Baru. Saya pergi ke tempat yang sunyi agar tidak menjadi perhatian orang-orang, di tempat itu saya menangis, berdoa. Kasih Tuhan saya rasakan terus mengalir, seperti sungai yang tidak pernah kering. Saya mensyukuri anugerahNya yang telah memberi kesempatan untuk memperbaiki hidup saya agar berkenan bagi Dia.” Ev. DR. MR. Talas Sianturi.

Batara Paruhum Sianturi, MSc, MBA
Putra pertama Ev. DR. MR. Talas Sianturi
(CEO Citibank Indonesia; sebelumnya CEO Citibank Filipina dan CEO Citibank Hungaria & Eropa Timur).

Banyak hal baik yang telah saya lihat dalam diri Papa yang juga menjadi pegangan dalam hidup saya. Papa bukan hanya memahami firman Tuhan, tapi ia juga mengalami dan menikmatinya. Papa menekankan bahwa untuk semua hal, Tuhan adalah teman kita, “God is our Senior Partner”. Saya selalu mendengar Papa mengatakan bahwa apa pun yang kita punya adalah milik Tuhan,dan kita hanya pengelolanya, “God owns everything, we are just the steward”.
Banyak orang mengerti Firman Tuhan, bisa memahaminya, tapi seberapa banyak yang memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan? Yang saya lihat, Papa sudah sampai pada level bisa menikmati pengalaman bersama Tuhan. He enjoys God. Untuk saya itu level tertinggi. Papa tidak berada pada area teori saja, tetapi ia sudah mempraktekkan teori itu. Salah satunya hal persepuluhan. Mungkin orang melihatnya sebagai seorang yang fanatik, tapi kenyataannya Papa mempraktekkan firman Tuhan dengan penuh sukacita. Dan bagi saya hal seperti ini tidak harus menjadi perdebatan. Karena biar bagaimana pun juga, semua uang yang kita miliki, itu sesungguhnya adalah uangnya Tuhan. Papa saja yang sudah 35 tahun lebih masuk usia pensiun, tetap memberikan persepuluhan, mengapa kita tidak?
Tuhan itu adalah Kasih, dan jika kita sudah mengerti apa itu kasih, manifestasinya adalah memberi: memberi uang, memberi waktu, memberi hati dan memberi perhatian. Dan ini juga yang saya lihat Papa lakukan ketika berdoa. Dia tidak berdoa untuk dirinya saja, tapi semua keluarganya didoakan. Papa sudah menjadi seorang pendoa syafaat dimasa tuanya selama bertahun[1]tahun. Papa tiap hari bangun sekitar jam 4 pagi. Sebelum berdoa Papa pasti melakukan pujian. Biasanya dia menyanyikan sekitar 20-40 lagu pujian dan penyembahan. Papa percaya cara mengundang hadirat Tuhan itu melalui puji-pujian. Sebagaimana yang tertulis di Mazmur 22:4, Tuhan bertahta di atas puji-pujian umatNya. Jadi kata Papa, kalau meminta sesuatu pada Tuhan, puji dulu Tuhan. Tuhan senang dipuji. Kuncinya di situ, bikin senang dulu hati Tuhan dengan pujian dan penyembahan, maka hadiratNya, kasih karunianya dan berkatNya akan turun. Pujian dan penyembahan dahulu sebelum meminta lewat doa. Itu resep khusus Papa sebagai pendoa syafaat di pagi hari. Papa selalu percaya, bahwa ada berkat buat keturunan orang percaya (Mazmur 37:25) “Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi aku tidak pernah melihat orang benar ditinggalkan, ataupun keturunannya meminta-minta roti.” Papa selalu bilang, karena Guru Sopar Lumban Tobing (Lumban Tobing adalah bona tulangnya Papa) dan Guru Benjamin Simanjuntak (Simanjuntak adalah tulangnya Papa) adalah orang-orang yang bekerja di ladang Tuhan, maka keturunannya sangat diberkati. Sedekat apa saya dengan Papa? Setelah saya pulang dari 9 tahun pendidikan saya di USA, berkeluarga dan kemudian 10 tahun di luar negeri dalam dunia perbankan, saya mulai memahami Papa saya. Saya sudah sering jalan berdua dengan dia di Budapest (Hungaria), di Manila (Filipina), di kampung halaman kami Sisahorja, Paranginan dan di Jakarta. Papa hadir di semua wisuda SMA anak-anak saya: Naomi wisuda SMA dari AISB (American International School of Budapest) di Budapest, Hungaria; Joshua wisuda SMA dari Faith Academy di Manila, Filipina; dan Samuel wisuda SMA dari Jakarta Intercultural School di Jakarta. Dia sangat bangga bahwa cucu-cucunya mengecap global education, international school. Kalau dia menelpon saya pasti dia tanya cucu-cucunya “How is Naomi? How are the boys (Joshua dan Samuel)?”. Dalam banyak hal dalam kehidupan saya, baik pribadi maupun profesional, saya minta doa ke Papa. Untuk saya doa Papa itu manjur. Biasanya Papa minta saya menuliskan apa yang saya ingin dia doakan, dan saya melakukannya karena dia Papa saya. Sama seperti hubungan Bapa di surga dengan kita, kita bebas meminta apa saja dalam doa kepada Bapa di surga, sementara belum tentu kita bisa bicara bebas dengan orang lain. Seperti saya yang terbuka dengan Papa, saya juga ingin anak-anak saya terbuka pada saya. Ini pelajaran yang saya dapat dari Papa. Saya ingat anak perempuan (boru panggoaran) saya Naomi pernah menelpon dari USA untuk didoakan karena dia sedang memiliki beban berat. Saya bersyukur, kalau anak kita minta didoakan, berarti ada yang mereka pahami: ada problem, bisa mengadu ke Papa, supaya Papa juga berdoa kepada Bapa di sorga mengenai problem tersebut. Pelajaran lainnya yang saya dapat dari Papa adalah kedisiplinannya. Sampai menjelang usia 90 tahun dia masih sehat. Itu bukan hanya karena berdoa, tapi tubuh, jiwa dan roh dia jaga: dietnya strict, olahraganya strict, jam tidurnya strict. Papa orang yang sangat disiplin. Tidak pernah sakit. Papa juga seorang yang berpikiran global, dan dia paling tidak suka kalau orang punya paradigma sempit. Sewaktu Papa saya masih kecil di Kabanjahe, Sisahorja Paranginan, atau Gunung Sitoli, mimpinya sudah di Medan. Waktu dia SMA di Pematang Siantar, mimpinya sudah di Jakarta. Waktu dia pertama kali datang di Jakarta, untuk kuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan Akademi Hukum Militer, mimpinya sudah melihat dunia. Papa sudah bawa Mama (boru Siahaan – Raja Hinalang) saya jalan-jalan ke Asia, Eropa, Australia dan Amerika. Cuma Afrika yang belum dia injak, walaupun mereka sudah ke Timur Tengah, ke Jerusalem. Karena itu dalam hal pendidikan pada anak-anaknya, Papa sangat prihatin, ia ingin kami, anak-anaknya dan cucu-cucunya memiliki bekal pendidikan yang terbaik, yang global dan kompetitif. Prinsip Papa adalah jika kita dilempar kemana saja di dunia ini, kita mesti bisa hidup. Papa memang pembelajar yang luar biasa. Bukunya banyak dan saya lihat Papa ini multi linguist. Bahkan ketika Papa mendapatkan besan orang Italia (adik saya Deborah menikah dengan orang Italia, dengan ipar saya Matteo), dia belajar bahasa Italia, dan berbahasa Italia diacara resepsi perkawinan adik saya Deborah di Lake Como, Italia. Karena usianya yang lanjut, Papa sudah sangat dituakan di adat, di kalangan Sianturi, di kalangan Simatupang dan di acara-acara yang terkait dengan boru dan hula-hula. Di horong Guru Talas Sianturi Simataniari saat ini Papa adalah salah satu tokoh yang tertua. Waktu namboru-namboru saya satu persatu meninggal, Papa adalah yang diharapkan bere-bere nya untuk memberi ulos saput. Kalau ada bere-berenya yang menikah, Papa harus hadir sebagai Tulang, dan mereka sangat mengharapkan kehadirannya. Papa mengerti posisinya, dan walaupun kadang-kadang sangat melelahkan, Papa akan hadir, karena didalam hatinya dia mengasihi keluarga besarnya. Yang saya dengar doanya sekarang adalah Papa mau sehat terus sampai nanti waktunya Beliau dipanggil Tuhan. Karena katanya kalau sudah tidak sehat bagaimana dia jadi saksi, bagaimana dia bisa doakan orang sakit kalau dia sendiri sakit? Dia selalu berkata itulah doa Guru Sopar Lumban Tobing “Na tongtong dipangido rohakku naeng tibu alaponni Tuhan ahu. Molo lomo roham Tuhan, unang nian marsahit laho mate ahu.” Guru Sopar Lumban Tobing, penginjil ke Paranginan, anak perempuannya menikah dengan Ompung dari Papa saya, Sintua Ruben Sianturi. Papa saya sudah berkali-kali khotbah di HKBP Parangingan, Humbang Hasundutan, gereja yang mempunyai tempat spesial di hatinya, disamping HKBP Sudirman Jakarta tempat dia beribadah dihari tuanya, dimana dia aktif sebagai Panitia Pembangunan. Karena itulah, saya memberikan Papa tantangan, memberi dia target sehingga dia tidak bisa mengatakan “mau apalagi saya di sini?” Papa masih mempunyai harapan untuk dapat melihat anak-anak dari cucu-cucunya sebelum satu saat dia take-off ke surga. Buat Papa, dia sudah punya visa dan boarding pass ke surga untuk bertemu Yesus dan juga bertemu dengan Mama (dia sangat kehilangan Mama, hanya saja dia tidak terlalu banyak mau mengungkapkannya). Dia selalu cerita bahwa Mama saya, Meis Tiurma boru Siahaan, itu sangat royal kepada anak-anaknya, dan waktu Mama saya itu hanya tersita untuk suami dan anak-anaknya. Mama dipanggil Tuhan tahun 2007 diusia 73 tahun. Kadang[1]kadang dia suka nyeletuk “Nunga dipaima ima boru Siahaan ahu di surgo i.” Tapi boarding call untuk pesawat ke surga belum diumumkan. Dia sudah sangat siap dipanggil Tuhannya. Satu hari kami akan kehilangan dia. Sampai hari itu, saya ingin memberi banyak waktu dengan Papa. Saya sangat mengasihi Papa. I love him, a lot. Selamat Ulang Tahun ke 90 Papa. Tuhan memberkatimu.

Debbie Rebecca Tampubolon Sianturi, SE Ak.
Menantu dari Putra pertama Ev. DR. MR. Talas Sianturi.
(Business Professional dan Business Owner).

Saya ingin mengucapkan selamat hari ulang tahun ke 90 untuk Ayah mertua yang tercinta, Ompu Naomi Doli Sianturi di tanggal 22 Juli 2020. Selama 90 tahun, Bapa disurga setia bersama Ayah mertua dan telah teramat mengasihinya. Bagi saya Ayah mertua saya adalah saksi dari kasih setia dan penebusan Tuhan Yesus untuk saya, keluarga saya dan orang-orang yang Ayah mertua kasihi dan orang2 yang beliau temukan baik di lingkungan rumah, pekerjaan dan pelayanan beliau. Ayah mertua juga adalah ayah kedua bagi saya setelah Ayahanda kami meninggal di tahun 1984 (Alm. Ir. Tua Dairi Tampubolon atau Ompu Hanna Doli Tampubolon) dan saya menikah dengan Batara Sianturi pada tahun 1989. Ayah mertua saya telah melalui banyak pengalaman penuh perjuangan hidup, sukses, senang, sukacita, tetapi juga berbagai dukacita dan kesulitan serta kesukaran hidup dalam 90 tahun kehidupannya, namun iman percaya nya kepada Yesus Kristus Tuhan sebagai Juruselamat pribadinya tetap kuat dan tegar dengan pertolongan dan penghiburan dari Roh Kudus. Ayah mertua saya telah mengalami ditinggal oleh putranya tercinta, yaitu putra ke tiga di tahun 1998, Pahala Sianturi. Juga pada tahun 2007, Ayah mertua dan kami semua telah ditinggalkan oleh Ibunda mertua terkasih setelah perawatan karena komplikasi penyakitnya selama beberapa tahun. Kami melihat bagaimana Ayah mertua dengan setia mendampingi Ibu mertua ketika sedang sakit dan harus dirawat di rumah sakit dan di rumah selama beberapa tahun. Ayah mertua saya lahir didalam generasi yang disebut sebagai “Silent Generation” atau “Generasi Tradisionalis”. Generasi ini lahir diantara tahun 1928-1945. Generasi Tradisionalis lahir di masa perang dunia pertama dan perang dunia ke dua serta sewaktu terjadinya depresi ekonomi yang terbesar di seluruh dunia. Ciri-ciri dari generasi ini adalah adanya disiplin hidup yang tinggi, rajin dan pekerja keras, penuh rasa hormat dan terima kasih, menjunjung tinggi nilai dan moral yang konservatif, tidak suka membuang barang dan tidak suka meminta-minta, menghargai keharmonisan, menghormati nilai[1]nilai tradisionil keluarga, pejuang atau patriotis,. Untuk generasi Tradisionalis ini “anak-anak mereka hanya untuk diperhatikan dan dilihat, tetapi tidak untuk didengar’ (“children were seen, but not heard”). Oleh karena itu ada kecenderungan kekosongan dalam komunikasi antara orangtua “generasi Tradisionalis” dengan anak-anaknya. Ayah mertua saya lahir di tanah Karo, Kabanjahe pada tahun 1930, dan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia di Jakarta. Beliau harus terlibat dalam membantu dan menolong ibundanya tercinta yang sudah menjanda di Sisahorja, Paranginan pada usia 42 tahun. Ayah mertua merasakan kehidupan yang sulit di masa penjajahan Belanda dan Jepang. Beliau ikut menyaksikan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Beliau juga hidup dimasa pemerintahan kepresidenan Soekarno, Suharto, Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY dan Jokowi. Ayah mertua adalah seorang ahli hukum yang sangat sukses pada masanya dan juga melayani di Full Gospel Businessmen’s Fellowship International dan di Gideons International. Beliau adalah seorang pekerja keras dan sangat disiplin, termasuk dalam menjaga kesehatan tubuh dan rohaninya. Beliau suka memberi, seorang yang dermawan dan suka memberi untuk pekerjaan dan pelayanan Tuhan baik melalui waktu, tenaga dan uang. Kami sangat bangga akan Ayah mertua sebagai Ompung dan kami sangat mengasihi Beliau.
Di usia senjanya, Ayah mertua banyak menghabiskan waktunya dengan Tuhan, berdoa dengan tekun untuk semua keturunannya, keluarga besar, gereja, negara dan dunia. Beliau sudah menjadi pendoa syafaat selama bertahun-tahun. Beliau tekun membaca Alkitab. Beliau adalah contoh bagaimana kita harus menggunakan waktu dan hidup kita dengan bijaksana. Saya berdoa kiranya Ayah mertua yang tercinta tetap sehat dan penuh sukacita dalam memimpin kami semua untuk menjadi orang Kristen dan keluarga yang setia dan taat pada Firman Tuhan. Salah satu kidung rohani yang disukai Ayah mertua saya adalah “Surely Goodness and Mercy” (Israel Houghton) yang berdasarkan Mazmur 23:6 “Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa. Ayah mertua selalu meminta kami menyanyikan pujian ini kalau ada pertemuan keluarga pada waktu malam Natal dan malam Tahun Baru dirumahnya di Jalan Kartini Raya 40 B. Selamat hari ulang tahun untuk seorang Ayah mertua dan Ompung Doli yang sangat baik, Amang Talas Sianturi, Ompu Naomi Doli. Tuhan besertamu sepanjang hidupmu dan memberkatimu dengan hidup yang sehat, pikiran yang cerdas dan bijaksana, dan hidup yang menghasilkan buah-buah bagi kemuliaan Nama Tuhan Yesus. “Engkau akan hidup dan berjalan dari kemuliaan ke kemuliaan di dalam Tuhan, from glory to glory with God.” Amen. Saya mengasihimu Amang, dan terima kasih sudah mengasihi saya juga. Amen.
(Sumber: Dikutip dari Buku 90 Tahun Perjalanan Hidupku Bersama Yesus Kristus).

Naomi Abigail Sianturi, BA, MLBM
(Cucu Pertama & Pahompu Panggoaran)
Buat saya, Ompung Doli atau grandpa adalah figur yang istimewa. Papa saya pernah bilang bahwa dalam adat Batak, nama saya, Naomi, di pakai 5 orang: saya sendiri, papa saya (Amani Naomi), ibu saya (Nai Naomi), kakek saya (Ompu Naomi Doli) dan nenek saya (Ompu Naomi boru). Saya adalah anak pertama Papa saya, dan karena Papa saya adalah anak laki-laki pertama dari Ompung. Ompungku akan selama-lamanya dipanggil sebagai Ompu Naomi Doli, memakai nama saya di Tarombo Batak. Saya, Naomi Sianturi, adalah Pahompu Panggoaran. Ompung Doli sangat dekat dengan Tuhan dan sangat ambisius untuk kemajuan pendidikan anak-anak dan cucu- cucunya. Dia bangga kalau cucu-cucunya bisa mengecap pendidikan luar negeri yang global. Ompung Doli hadir di Budapest, Hungaria, waktu saya lulus SMA dari American International School of Budapest (AISB) di tahun 2009. Dia sangat bangga waktu saya lulus BA Spanish dari Boston University (2013) dan Master of Luxury Brand Management dari Domus Academy, Milan (2016). Buat Ompung, pendidikan global adalah kunci untuk kesempatan karir yang global dan kesiapan menjadi warganegara global. Ompung Doli pekerja keras dan melakukan banyak hal yang luar biasa, apalagi kalau mengingat masa kecilnya yang tidak mudah. Ompung Doli kehilangan ayahnya, amang mangulahi saya, Melanthon Sianturi, sewaktu Ompung masih berumur 19 tahun. Dari saat itu, Ompung Doli hanya punya Tuhan dan doa dari ibunya, Nunia boru Simanjuntak, seorang janda yang ditinggal mati oleh suaminya diusia 42 tahun, sebagai bekal kesuksesan Ompung Doli. Papa saya selalu bilang bahwa Ompung Doli berdoa setiap hari untuk saya, Ompung Doli adalah seorang pendoa syafaat. Ompu Doli Naomi berdoa buat Naomi. Papa saya selalu mengingatkan saya bahwa nama saya Naomi berarti “menyenangkan” dan Abigail berarti “kesukaan Ayahku”. Saya berharap nama itu akan merupakan refleksi hidup saya. Saya sekarang tinggal di USA dengan suami saya, Sean Patrick Clancy, tetapi kenangan tentang Ompung Doli melekat di hati saya. Selamat ulang tahun ke 90, Ompung Doli. Tuhan memberkatimu dan memeliharamu. Peluk cium dari Naomi dan Sean, suamiku, untuk Ompung Doli tercinta.

Paranginan Berduka, Mester Talas Sianturi Sudah Tiada

“Masyarakat Paranginan merasa berduka karena kehilangan salah seorang Putra terbaik  dan yang sangat peduli dengan gereja -gereja di Paranginan.” Parlin Siahaan ST – Camat Paranginan.

“Selamat jalan ke rumah Bapak di sorga, tulang naburju. Kasihmu dan perbuatanmu ke masyarakat Paranginan, membangun gereja-gereja di Paranginan, juga bantuanmu secara langsung kepada kami, akan kami kenang selama-lamanya. Semoga Mr. Talas – Mr. Talas yang baru, akan lahir dari masyarakat Paranginan.” Parlin Siahaan ST – Camat Paranginan.

“Saya banyak mendapat petuah dan nasihat yang sangat berguna dari Mester satu ini. “Apalagi saat saya dipercayakan Ketua Pembangunan  Gereja HKBP Paranginan, sangat banyak membantu secara finansial hingga  menyumbangkan Rp 900.000.000 untuk pembangunan Gedung Sekolah Minggu,” Parlin Siahaan ST – Camat Paranginan.

“Beliau adalah tokoh gereja yang selalu memberikan perhatian melalui doa dan bantuan materi bagi gereja-gereja yang membutuhkan,” Hasoloan Sianturi SH.MH. – Hakim Tinggi di Pengadilan Tinggi Jambi.

“Mr Talas menurutnya selalu aktif dalam kegiatan penginjilan di banyak daerah Indonesia bahkan sampai manca negara. Juga aktif membina masyakarat untuk menjaga kesehatan, beliau tidak lagi makan karbohidrat, hanya sayur  buah buahan (vegetarian) dan ikan laut.” Hasoloan Sianturi SH.MH. – Hakim Tinggi di Pengadilan Tinggi Jambi.

“Kesan yang tidak terlupakan adalah pada pertemuan pertama DR. Talas dengan saya. Mengingat cerita kesuksesan Mr. Talas dan kemudian keaktifan beliau dalam penginjilan, saya meminta agar Mr Talas mau menumpangkan tangan diatas kepala saya. Harapan saya supaya berkat kesuksesannya dan pelayanan kepada Tuhan, bisa turun ke saya dan kepada keturunan saya. Semoga Doanya dikabulkan Tuhan  untuk  kita ,untuk masyarakat Paranginan,” Hasoloan Sianturi SH.MH. – Hakim Tinggi di Pengadilan Tinggi Jambi & Mantan Hakim Bali Nine.”

“Gelar Mester inderechten dirobah menjadi Sarjana Hukum (SH) setelah Keputusan Presiden RI No 265 Thn 1962. Mr Talas Sianturi lulus Fakultas Hukum sebelum tahun 1962. Semua lulusan Ilmu hukum sebelum 1962 memakai masih memakai gelar Mesterinderechten dari UI.” Hasoloan Sianturi SH.MH. – Hakim Tinggi di Pengadilan Tinggi Jambi & Mantan Hakim Bali Nine.

Sumber: https://tubasmedia.com/paranginan-berduka-mester-talas-sianturi-sudah-tiada/