
DR. JMT. Simatupang, SH, MH / br. Gultom (Op. Bonar doli)
- Nama : DR. JMT. Simatupang, SH, MH / br. Gultom (Op. Bonar doli)
- Pomparan : Raja Simataniari Sianturi, Ompu Guru Mangindangi nomor sundut 15
- Tempat/tgl lahir : Tapanuli, 26-09-1944
- Alamat : Jl. Taman Lestari Indah Blok O / 24, Lebak Lestari –Lebak Bulus, Jak. Selatan. No WA: 0823 1111 6888.
- Pendidikan :
- Tahun 1951 s/d 1957 Lulus SD/Sekolah Rakyat (SR) Lumban Sinaga Pangaribuan Tapanuli Utara,
- Tahun 1957 s/d 1961 Lulus dari SMP Negeri Simaung maung dolok, Sigompulon Tarutung Tapanuli Utara (ujian persamaan),
- Tahun 1961 s/d 1964 Lulus SGA tahun 1964 dari SGA HKI Tarutung Tapanuli Utara,
- Tahun 1971 Lulus S1 Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus Jl. Teuku Tjikditiro 45.
- Lulus S2 dengan gelar Master Hukum dan
- Lulus S3 dengan gelar Doktor bidang Hukum
- Pekerjaan :
- Tahun 1964 – Mengajar di SDN Tjilamaya II pagi Cideng Timur Jakarta Pusat
- Tahun 1972 – Melamar dan masuk menjadi PNS di Kehakiman
- Tanggal 1 April tahun 1974 sudah dilantik dengan SK menjadi Hakim, penempatan pertama di Toli-toli
- Sampai pensiun dari PNS Kehakiman
- Jabatan :
- Hakim Pengadilan Negeri Manado
- Ka. Humas Pengadilan Tinggi di Prov. Jawa Timur
- Hakim Pengadilan Negeri di Ambon Prov. Maluku
- Hakim Pengadilan Tinggi di Palu Prov. Sulteng
- Hakim Pengadilan Tinggi di Prov. Sulsel
- Hakim Pengadilan Tinggi di Bandung Prov. Jawa Barat
- Aktifitas Dalam Sosial Marga :
- Ketua Dewan Pengawas Perkumpulan Paposma Se Dunia, Tahun 2021 hingga sampai saat ini.
- Penasehat 5 periode di Punguan Sianturi Simataniari di Jabodetabek hingga sampai saat ini.
- Penasehat Punguan Ompu Guru Mangindangi Sianturi Boru Dohot Bere Sejabodetabek hingga sampai saat ini.
- Sebagai pemberi penghargaan Kepada pencipta lagu Mars Simataniari sekaligus Mars Perkumpulan yaitu: Ir. M.A. Sianturi dan Drs. JPM Sianturi dan pemberi hadiah pada lomba Paduan suara untuk lagu, Juli tahun 2023.
- Penasehat dalam Kepanitiaan Pesta Partangiangan Sepuluh Tahunan Ke-7 (1963-2023), Juli tahun 2023.
- Penggagas dan Pendiri Pendiri Perkumpulan Paposma Se Dunia, Maret 2021.
- Penasehat dalam Kepanitiaan Parningotan 100 Taon Tugu Raja Simataniari Sianturi 16.09.1921 – 16.09.2021, September tahun 2021
- Ketua Umum Panitia Pesta Partangiangan Bolon Sahali 10 Taon yang Ke-VI Tugu Raja Simataniari Sianturi, Juli tahun 2013
- Nama pasangan (istri/suami) : Ibu Lieke Kambei Br. Gultom (Op. Bonar boru)
- Nama anak :
- Putra :
- Jhony Patar P. Simatupang / br. Sirait (A. Bonar).
- Putri :
- ….
- ….
- ….
- Putra :
- Orang Tua :
- Damang : Bismar Simatupang (Op. Panusunan)
- Dainang : br. Gultom
- Ompung :
- doli : Ojahan Simatupang (Op. Tiomas).
- boru : br. Gultom.
- Hula-hula Marga : Gultom & Kambey.
- Tulang Marga : Gultom.
- Bona tulang Marga : Gultom.
- Tulang rorobot Marga : Manado.
Cerita Singkat Kisah Nyata Dari Perjalanan Hidup DR. JMT. Simatupang, SH, MH / br. Gultom (Op. Bonar doli)
Julius kecil lulus dari SD/SR Lumban Sinaga Pangaribuan Tapanuli Utara dengan penuh kesulitan, kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya yaitu SMP. Sesuai kemampuan mendaftar di SMP Lontung Rahut Bosi Pangaribuan Tapanuli Utara sampai kelas 2 kemudian sekolah tutup karena kekurangan siswa. Pada akhirnya Lulus dari SMP tahun 1961 dari SMP Negeri Simaung maung dolok, Sigompulon Tarutung Tapanuli Utara (ujian persamaan).
“Tuhan menopang orang yang rendah hati, menegakkan kembali orang-orang yang tertindas, dan menutupi langit dengan awan-awan. Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka” Mazmur 147:1-3.
Kehidupan Yang Saya Rasakan Persis Seperti Tertulis Pada Mazmur 147: Ayat 1-3 Diatas! Mengapa Begitu?
Kehidupan Dalam Kemiskinan Yang Luar Biasa Ekstrim
Kehidupan yang saya rasakan persis seperti tertulis pada Mazmur 147: ayat 1-3 diatas! Mengapa begitu? Yaa… Karena masa kecil saya merasa jadi orang yang paling terpuruk, karena orangtuaku hanya sebagai petani Sederhana yang mana hasilnya hanya cukup untuk makan, susah amat, bayangkan, saya tidak Pernah punya sepatu selama SMP. Ini kemiskinan yang luar biasa ekstrim, dalam pikiranku itu tidak ada orang lain semiskin orangtuaku dikampung kami waktu itu.
Jadi sejak kecill hatiku sudah “berontak terhadap situasi sulit saat itu. Hatiku berkecamuk mau perang terhadap keadaan itu. Jalannya bagaimana? Saya sadar harus lewat pendidikan, artinya saya harus sekolah. Bagaimana caranya, saya harus Sekolah? İni sebuah kisah nyata, dengan cara Tuhan yang AJAIB, TUHAN sungguh mengasihani dan menolong saya yang terluka.
Satu hal yang mendorong semangat saya tidak terbendung adalah “Perlakuan Marga Simatupang Togatorop waktu itu yang kejam dan semena-mena pada bapak saya. (Contoh; hasıl kemenyaan yang dengan keringat setelah bermalam selamaastu minggu di hutan, hari Sabtu balık ke kampung harus dibagi sama KUAM (Kepala Urusan Agama Masehi), yang merasa jadi Raja di kampung kami, menangis hatiku melihat perlakuan mereka itu. Semua hal tersebut tercatat dalam memoriku sejak saya Kelas II SR.
Masa Sekolah Rakyat (SR) Tahun 1951 s/d 1957
Kecamatan Pangaribuan sangat luas antara lain meliputi negeri Pakpahan, negeri Gultom, Silantom, Garoga ada 7 (tujuh) desa = Huta yang berjauhan dan semua huta/desa ini penghasilan utamanya adalah “getah Kemenyaan = Haminjon.”
Sejak masa kecil, saya jadi tahu bahwa ompung kami/bapaknya bapak saya sudah membuka kebun kemenyaan jauh sekali dibalik Dolok Saut di Pangaribuan, dimana kita sudah bisa melihatnya dari Onantukka atau Sipahutar, dibalik gunung itulah kebun-kebun penduduk Lumban Sinaga, Kec. Pangaribuan, butuh perjalanan satu hari jika kita akan meninggalkan rumah dengan membawa bekal, beras, gula pasir, kopi dan ikan serta garam (gambas), berangkat pada pukul 08.00 pagi dari rumah, tiba di kebun kemenyaan itu kira-kira pukul 16.00 sore, hal yang bisa dilakukan adalah mencari kayu api yang kering dari dahan pohon-pohon yang tumbang yang mana dipotong dan dibelah dengan menggunakan kampak/kapak berukuran 1.20 meter, kemudian kayu itu dibelah-belah untuk api persiapan untuk satu minggu, selain untuk memasak kayu-kayu itu juga berguna sebagai penghangat tubuh pada waktu malam hari.
Sahabatku semasa SR bermarga Sinaga (almarhum Humisar Sinaga) adalah dongan marsiadapari, karena kebun kemenyaan milik mereka terbilang berbatasan dengan kebun kemenyan milik orangtua kami, jadi dalam seminggu itu 3 hari kerja dikebunnya dia, tiga hari berikutnya dikebun kemenyaan bapakku. Ini kisah nyata yang indah dan tidak mungkin bisa dilupakan sampai ajal tiba.
Pada waktu dainang pangintubu monding tahun 1960, kami ditinggalkan inong, berdua dirumah yaitu ayah dan saya. Tidak ada perempuan dirumah karena ito satu-satunya sudah menikah dengan marga Ritonga ke Huta Lobugala, ini jauh dari Lumban Sinaga, abangku laki-laki sudah lama merantau ke Pekanbaru, nah waktu inong meninggal, bapatuaku Sutan Bilius Mahadi Simatupang diam-diam kirim surat ke Pekanbaru, ke abang kandungku, memberitahukan bahwa situasi dan kondisi dikampung perlu perhatian, bahwa kami tinggal berdua (bapak dan saya), tidak ada yang memasakkan nasi atau mengurus dapur, diam-diam bapatua ku sudah mengatur skenario sendiri tanpa bertanya dan minta pendapatku.
Inti pesan dari bapatua ke abangku kira kira “Amang Wasmen kirimkanlah uang untuk biaya adikmu, karena harus dinikahkan, saya (bapatua) sudah bicara dengan tulangmu Gultom di Batu Manumpak, bahwa satu PARIBAN kalian (maen itu) sudah disetujui jadi Pangurupi/pendamping hidup adekmu JMT, kirimkanlah biaya nanti bapatua atur/urus pernikahan mereka di Pangaribuan.
Mendapat Kiriman Uang Rp. 50.000,00 Untuk Biaya Pangoli
Burju rohani abang Wasmen Simatupang, dia kirimkan uang Rp. 50.000,00 di bulan-bulan Juni atau Juli Tahun 1960 uang besar lewat kantor pos Tarutung, sedikit heboh tentang uang ini di kampung kami, karena kepala kantor pos Tarutung bertepatan satu kampung kami, anaknya bapaktua Voorzitter, nama abang kantor pos itu HARINUAN SIMATUPANG (inilah anak-anak Simatupang terdidik pertama yang saya tahu dari huta Lumban Sinaga Pangaribuan, abang ini kirim telegram ke saya dan menyuruh saya datang ke Tarutung ambil uang kiriman dari abangku untuk biaya mangoli.
Abang kepala kantor pos Tarutung agak kurasakan bersemangat meminta saya segera datang ambil uang itu, singkat cerita, aku numpang mobil Sikopawi milik tulang Galingging di onan sabtu, aku pun turun ke Tarutung kota yang dimasa kecilku itu menjadi kota dambaan semua anak huta Lumban Sinaga, karena siapa yang pulang dari Tarutung terlihat netjis, rapi dengan rambut pakai pomade, jadi kota Tarutung itu kota Impian.
Saya ke Tarutung setelah tamat SMP, saya prosesnya karena hati terlalu berbunga-bunga saat itu setelah uang ada ditangan, saya tinggalkan Kota Tarutung balik ke Pangaribuan, jujur sama sekali tidak ada di otak saya mau mangoli, karena saya belum punya pantalon/celana panjang satu pun saat itu, yang ada di otakku bagaimana caranya agar uang yang dikirim abangku ini bisa aku pakai biaya melanjutkan sekolah, dan di Tarutung waktu itu sedang populer SGA HKBP (Direktrisnya DOMDOM BR. GULTOM, borunya Demang Gultom dari Batunadua).
Mendaftar Di SGA HKI Tarutung
Tetapi saya sudah tanyakan biaya sekolah di SGA HKI, uang masuk, uang bulanan, dan barangkali Tuhan sudah suruh saya supaya segera mendaftar saat itu di SGA HKI lebih ringan sedikit dibanding SGA HKBP, jadi saya pilih mendaftar di HKI, tetapi memang sepertinya Tuhan sudah menuntun semua alur ceritanya, bagaimana membagi uang (proses pendaftaran plus uang masuk dll, sah jadi murid SGA HKI), dan bagaimana mengamankan dana ini agar bunganya (profitnya) cukup untuk membiayai sekolahku tiap bulan sampai tamat SGA.
Orang sekampung “tidak percaya kalau saya itu sekolah di Tarutung, karena merasa tidak mungkin” menurut akal sehat secara umum, karena tahun 1960 itu umur saya baru 16 tahun, siapa yang harus urus beras, pakaian, uang bulanan, bagaimana harus mempersiapkan beras untuk bapak saya konsumsi dirumah saya harus ditinggalkan beras bersih satu kaleng untuk dia masak sendiri dirumah? Orang sekampung mencibirkan dan meremehkan kondisi seperti itu yang dipandang “aneh“ bagaimana caranya sekolah?
Tetapi saya berdiskusi dengan bapakku tentang maksud sekolah ini, karena saya pun tidak mau bohong tentang uang yang dikirim abangku dari Pekanbaru untuk ongkos menikah dengan Paribanku borunya tulang kandung Gultom di Batumanumpak.
Beginilah perundingan saya dengan bapakku yang bernama BISMAR SIMATUPANG, bapak, aku rencana mau sekolah ke Tarutung, mau ambil sekolah guru, bisakan bapak tinggal sendiri dirumah di kampung ini, saya harus ke Tarutung mau nyambung sekolah.
Bapak menyarankan untuk memanggil pulang abang Wasmen Simatupang dari Pekanbaru itu lebih tepat agar ada yang urus bapak. dan saya sendiri bisa sekolah ke Tarutung dan inilah yang terjadi. Tetapi Abangku Wasmen dan Kakak itu br. Pakpahan baru pulang dari Pekanbaru ke kampung pada saat saya sudah kelas III SGA, sudah tinggal setahun lagi saya sudah tamat SGA itu.
Titipan Modal Manahil-nahil Haminjon
Nah dari Kampung Lumban Sinaga ada beberapa Toke (Tokke Haminjon), yang satu kampung rumah sejajar ada dua yaitu; bapatua Tokke Marben Simatupang dan bapatua Tokke Salem Simatupang, kedua Amangtua ini tahu persis kehidupan kami, kehidupan orangtuaku, akhirnya kepada bapatua Tokke Salem kuutarakan maksudku mau titip uang sekolahku diputar berdagang kemenyan, waktu itu tahun 1960/1961.
Kepada bapatua tokke Salem kuutarakan maksudku mau titip uang sekolahku diputar berdagang kemenyan, waktu itu tahun 1960/1961 bapatua kalau kutitipkan uang ke bapatua dipakai modal manahil-nahil haminjon, kutitipkan (ini pinjaman modal bapatua Rp.30.000,00) berapa bunganya bapatua kasih ke saya setiap bulan, saya sudah mendaftar sekolah SGA di Tarutung? Saya minta Rp.500,00 setiap bulan boleh bapatua? bapatua itu dengan senang menyanggupi angka itu setiap bulan dikirimkan ke saya di Tarutung, jujur tahun 1960 s/d 1963 bunga uang itu cukup membiayai sekolah SGA ku di SGA HKI Tarutung.
Waktu itu Rp.500,00 /bulan bunga uang itu sudah besar sekali, karena belanja yang aku butuhkan di tahun 1960 s/d 1963 itu Rp.300,00 /bulan, jadi dari aspek keuangan sudah terasa aman. Nah ditempat kami kost di Jl. Mesjid di Tarutung.
Dengan ekstra keras melengkapi dibidang lain, sewa kamar kost 1 kaleng beras /bulan, untuk makan 1 kaleng 10 liter beras bersih, Ini harus diatur dari hasil panen padi kami yang puji Tuhan lebih dari cukup, problemnya harus dijemur dulu, dibawa ke mesin giling di Batumanumpak, Sabtu baru disini ada mesin giling.
Saya dengan teman satu kamar, kami ada 4 orang, Marga Sinaga 2 (dua) orang, kami Simatupang 2 (dua) orang dan setiap bulan per orang kumpulkan satu kaleng beras bersih siap anak untuk dimasak dan kami gantian memasak sendiri, si A hari Senin, si B hari Selasa, si C hari Rabu dstnya demikian bergilir balik lagi ke awal.
Masa sekolah guru ini (SGA) menurut perasaanku adalah masa paling indah dalam hidupku, walaupun saya harus menjemur padi sendiri untuk dibawa ke mesin giling dulu untuk digiling jadi beras dengan 3 tujuan;
- Untuk sewa kamar kost /bulan satu kaleng beras,
- Untuk saya konsumsi satu bulan /orang satu kaleng beras,
- Untuk bapak saya konsumsi dirumah saya harus ditinggalkan beras bersih satu kaleng beras untuk dimasak sendiri dirumah.
Sebagai Dirigen Dan Memimpin Lagu Indonesia Raya Pada Upacara Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI
Begitulah keinginan sekolah itu berjalan dan karena sejak semula keinginan sekolah ini sungguh merupakan keinginan kuat dari saya maka tidak ada istilah sekolah suka-suka atau main-main, benar-benar saya serius dan ikut sekolah dengan benar, hanya seperti sudah kubilang diawal, aku lemah dalam mata pelajaran berhitung/aljabar, ilmu ukur, matematika seperti itu. Tetapi diluar itu bolehlah aku ikuti dengan baik. Ada seorang guru kami marga Tambun (guru seni suara, guru mata pelajaran metodik didaktik, guru mata pelajaran paedagogik, beliau ini saya rasakan memperlakukan saya lebih daripada murid murid yang lain, ada satu pengalaman yang sangat membanggakan dan tidak terlupakan; Pada Upacara Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus di Tarutung tahun 1963, dihadiri semua kepala dinas, kepala kantor hadir disitu serta pelajar SMA, SGA, SMEA, SMP dan SR terdekat untuk hadir sebagai peserta upacara agar stadion penuh begitu… Saya JMT Simatupang yang diperintahkan sebagai dirigen dan memimpin Lagu Indonesia Raya, Di jaman itu berdiri dipanggung dihadapan komandan Kodim, Polisi, Buterpra, Jaksa, dan Dinas-dinas serta seluruh peserta Upacara… apa saya bisa? Tetapi Pak Guru Tambun itu menepuk bahuku, dan berkata kamu bisa… saya sudah ajarkan cara menarik ton (nada dasar) lagu Indonesia Raya ingat itu! Ini pengalaman yang tidak mungkin terlupakan bagi saya karena harus berdiri didepan peserta upacara se Kabupaten.
Tahun 1964 Merantau ke Jakarta
Setelah lulus tahun 1964 dari SGA HKI Tarutung Tapanuli Utara saya (Julius Mangala Tua Simatupang) langsung merantau ke Jakarta dan tinggal sementara di rumah Drs. Marhehe Tua Simatupang/br. Gultom di Komplek Perhubungan, Jl. Budi Kemuliaan. Tidak menunggu lama sekitar dua minggu kemudian pada tahun 1964 sudah bekerja dan mengajar di SD Cideng Timur Jakarta Pusat, tidak jauh dari tempat ia tinggal.
Menjadi Guru di Sekolah Dasar Negeri Cideng Timur Jakarta Pusat
Pada waktu saya pribadi bekerja sebagai Guru di Sekolah Dasar Negeri selama enam tahun, saat itu saya merasa terbebani dengan beban berat karena penghasilan atau gaji Guru yang sangat terbatas, penghasilan satu bulan hanya cukup untuk sepuluh hari saja, padahal rata-rata 30 hari dalam satu bulan.
Bagaimana tidak ini sungguh menjadi beban berat dan membuat hati sesak yang mana harus dipikirkan bagaimana cara untuk menutup kebutuhan 20 (dua puluh) hari lainnya dalam satu bulan. Disisi lain orangtua dari murid-murid SDN Tjilamaya II pagi dimana tempat saya mengajar, dalam data-data yang dapat dilihat secara terbuka dari buku induk register murid-murid di Sekolah tersebut ternyata adalah para pengusaha, pejabat dan pemangku profesi yang hebat-hebat diantaranya sebagai menteri, kepala dinas, Pilot, Pejabat Bea Cukai, Direktur Bank dan lain-lain.
Murid-murid di Sekolah ini adalah Anak yangg tumbuh dalam lingkungan keluarga yang berkecukupan, hebat dan menurut ku adalah luarbiasa, dısisi yang lain, saya hanya sebagai Guru SDN yang datang ke Sekolah dengan berjalan kaki darı Jalan Budi Kemuliaan (dalam) no.45B (rumah dinas perhubungan yang ditempati oleh Drs. Marhehetua Simatupang/br. Gultom), dari rumah ini lah saya setiap hari jalan kaki ke ujung Jalan Budi Kemuliaan memotong Jalan Tanah Abang Timur ke Jalan Tanah Abang I, II atau III, menuju SD Tjilamaya II yang berada tepat diseberang Kali Tjideng, saya tinggalkan Tjideng Timur menyeberang ke Tjideng Barat menuju SDN Tjilamaya II Pagi, ini setiap harinya berangkat pagi hari dan pulang siang harinya selepas jam kerja mengajar di Sekolah.
Lucunya dalam dua minggu, sepatu yang saya pakai dimana itu saya beli dari penjual sepatu bekas, dengan kondisi bagian tumit sudah miring dimakan aspal, rutin ditambal di sol sepatu minimal sekali dalam tığa bulan. Pada saat itu, çıta-çıta yang ada dihati ini adalah bagaimana bisa memiliki sebuah sepeda yang velegnya mengkilap dan indah saat berputar (di goes).
Itu tercapai dengan cara yang diluar perkiraan saya, murid-murid di Sekolah ini ternyata tanpa setahu kıta sebagai Guru mereka, pasti memperhatikan keadaan Gurunya sehari-hari, diantara murid ini ada yang bercerita kepada orangtua mereka tentang Guru-Gurunya.
Suatu hari seorang dari murid yang tinggal di Kampung Bali Kec. Tanah Abang, datang ke Saya lalu berkata; “Pa Guru, Papi saya pesan, jika Pa Guru tidak keberatan, Papiku mau belikan sepeda untuk Pa Guru.
Ini sekira tahun 1965. Oooh begitu, sampaikan kepada Papimu ya, terimakasih banyak, tetapi bolehkah tidak biar Pak Guru (saya) yang belikan dan cari sendiri sepedanya, tolong beritahu Papimu ya!
Pesan itu sampai kepada orangtuanya, besoknya saya dibawakan amplop uang lembaran lima ribu rupiah dalam kondisi baru sebanyak 5 (lima) lembar, berarti jika ditotal itu menjadi dua puluh lima ribu rupiah. Untuk diketahui, itulah pengalaman pertama kali dalam hidupku, dimana saya menerima uang sebesar itu uang baru semuanya.
Ini mungkin saja disebut “gratifikasi“ dalam istilah saat ini. Begitu beşarnya uang itu bagi saya. Otak saya langsung mengingat Persatuan Penjual Sepeda Bekas di Pasar Rumput, sampai Sekarang masih ada.
Mimpi dan cita-cita saya saat itu menjadi kenyataan, sehingga setiap hari saya naik sepeda kesekolah, setelah tiba di sekolah, saya rutin stell jari-jari roda di bengkel dan atau kalau tidak saya sekalin cuci sepeda dititip dan saya mengajar di SDN Tjilamaya II, Kelas II pagi.
Rumah Bilik Bambu Lantai Tanah Liat
Rumah sewaku lantai tanah liat dipadarkan, dinding bambu anyam yang darı dalan kıta tempel kertas Zak Semen lalu di cat dengan kapur putih (busuk-busuk kata orang manado), rumahku ini dulu sdh jadi tempat kumpul saudara -saudara asal satu kampung dan sesekali di malam minggu, kumpul semua dan makan-makan dengan beli ayam dipasar, lalu diolah langsung dan masak 2 (dua) ekor, ada yang lumayan jago masak yaitu St. Dimpos Simatupang sekarang tinggal di Bogor. Puji Tuhan masih sehat, kami kumpul sekali makan ada 6 (enam) orang.
Lulus S1 Tahun 1971 Dari Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus Jl. Teuku Tjikditiro 45
Memang didalam hatinya, tidak ingin menjadi guru untuk selamanya, sehingga membulatkan tekadnya untuk melanjutkan Pendidikan sampai ke jenjang perguruan tinggi, tidak mau ada waktu yang terbuang sia-sia, kuliah sambil bekerja, kuliah sore ambil jurusan hukum dan lulus dalam 5 tahun. Setelah lulus kuliah pada tahun 1971 dari Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus Jl. Teuku Tjikditiro 45, kemudian saya melamar di Perusahaan swasta dan masuk kerja di PT. Hasil Bumi Indonesia Buntu Marannu (IHBBM), di Jl. Johar No.17, Kantornya dibelakang SARINAH, dan perusahaan ini mengirim saya satu bulan ke Manila Philipina untuk mengurus dokumen-dokomen 120 orang tenaga kerja warga negara Philipina untuk dipekerjakan di PT. IHBBM di Seram Ambon.
Bekerja di PT. Hasil Bumi Indonesia Buntu Marannu (IHBBM)
Pada saat itu sebenarnya saya bekerja baru 1,5 bulan di PT. Hasil Bumi Indonesia Buntu Marannu (IHBBM), di Jl. Johar No.17. Fasilitas dan penghasilan cukup menjanjikan tetapi saya tetap fokus untuk bisa masuk PNS/Hakim dan diam-diam saya tetap masuk kerja di PT IHBBM.
Di PT. Hasil Bumi Buntu Marannu, mobil dinas untuk berurusan pakai mobil mercy tiger warna hitam, pemilik perusahaan begitu percaya sama saya seolah-olah saya pegawai lama di kantor itu, tidak tanggung-tanggung saya diperintahkan mengurus kepentingan perusahaan ke Hongkong, ke Bangkok dan ke Manila.
Saudaraku… Inilah saya untuk pertama kali duduk didalam pesawat Malaysia – Singapura Airline ketika itu, pertama kali naik pesawat, langsung ke luar negeri. Tawaran fasilitasnya begitu menggoda. Tetapi saudaraku, otakku mikir lebih presisi, kantor itu partikulir/swasta dalam benakku, ini kalau salah urus atau modal jadi hutang, perusahaan ini bisa bubar alias kandas,
jadi saya tetap ikut tes CPNS/calon hakim, kemudian ikut tes menjadi PNS di Kehakiman dan puji Tuhan saya dengan marga Hutabarat itu diterima jadi calon hakim.
Ikut Test Untuk Menjadi Hakim Setelah Lulus S1 Tahun 1971
Amang Binsar Siburian seorang Hakim yang sangat populer di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat saat itu, beliau hakim yang diberi tanggung jawab menangani proses naturalisasi WNA di Jakarta untuk menjadi WNI, beliau sangat dikenal dan menjadi pejabat yang di cari-cari oleh WNA yang berdomisili di Jakarta, kita sama-sama paham kalau urusan yang begini orang-orang atau publik selalu menjatuhkan semacam vonis, wah pastilah Binsar Siburian berlimpah rezeki dari orang-orang yang berurusan kepadanya, begitu juga yang ada di otak saya, tetapi saya jadi saksi dugaan seperti itu sangat meleset.
Tahun 1971 itu saat saya ikut test calon hakim, saya dengan seorang calon hakim marga Hutabarat dengan sengaja bertamu mengunjungi rumah amang Binsar Siburian dan menceritakan bahwa kami berdua ikut mendaftar seleksi Hakim, yang saya mau katakana, yang saya bayangkan tentang dia dan keluarganya punya rumah besar, megah dll. Perkiraan saya meleset, rumah amang itu di Jl. Ampasit II, masuk Kecamatan Cideng Barat Jakarta Pusat, rumah Type C, kira-kira luasnya 180 M2, kami cerita ikut test calon hakim tahun 1971 itu beliau berkata akan mengupayakan bantuan agar bisa masuk.
Pada waktu saya ikut mendaftar calon PNS/Hakim pada Agustus/September 1971, ada dua tahapan untuk PNS 1971/1972 prosesnya tidak lama penantiannya, tetapi untuk menanti berharap jadi hakim terasa lama, Januari 1974 baru ada telegram dari Menteri Kehakiman, disana mendapatkan kesempatan untuk magang 3 bulan, setelah itu kemudian menjadi Panitera, belajar membuat putusan dan menjadi Hakim pengganti. Saya diangkat jadi hakim 1 April 1974 sudah dilantik dengan SK menjadi Hakim menjalankan tugas di Pengadilan Negeri Manado, penempatan pertama di Toli-toli, itu masa penantian dengan harapan yang luar biasa. Betul-betul saya menanti dan sangat BERHARAP, didalam tidur …… ini yang tetap teringat dari dalam bilik rumah sewa dengan lantai tanah di Jl. Tawakal Ujung dibelakang gedung Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti.

24.12.2023
Meniti karir mulai dari tangga pertama perlahan mulai dari penempatan pertama di Toli-toli, Manado, Surabaya, Palu, Makassar sampai menjadi kepala di PN. Ambon, Provinsi Maluku, demikian juga dalam peningkatan pengetahuan dan memperdalam ilmu berhasil lulus menjadi S2 dengan gelar Master Hukum dan kemudian S3 dengan gelar Doktor bidang Hukum, bersyukur Kepada Tuhan karena Bpk. Dr. JMT. Simatupang, SH., MH. dapat mengakhiri karir sampai pensiun.
“Siapa mengumpulkan pada musim panas, ia berakal budi; siapa tidur pada waktu panen, membuat malu” Amsal 10:5.
Saya ingin berbagi cerita pengalaman, kisah nyata dalam hidupku.
Saya adalah asuransi Jiwasraya şemasa masih PNS gölongan III.a, dari sejak awal saya dengan rajin dan setia menyetor premi bulanannya. Perjanjian Asuransi tersebut jatuh tempo disaat saya masih produktif atau masih bekerja, lalu uang Asuransi yang saya dapatkan itupun saya simpan dan depositokan pada Bank Mandiri Cab. Duta Merlin, Kompleks Harmoni Jakarta Pusat, saat itu sekira tahun1994, Bank Mandiri mengadakan program peningkatan modal sebagai program utama setelah beberapa Bank BUMN “merger” dengan nama baru yaitu Bank Mandiri.
Saat itu sebenarnya saya sudah berniat menarik Dana hasil asuransi yang aku simpan di Bank Mandiri tersebut hendak beli sesuatu, tetapi saat itu Bank Mandiri sedang giat-giatnya menghimpun dana dari masyarakat dan dana saya tidak jadi saya tarık, karena saat itu Direktur Bank Mandiri Cab. Duta Merlin kebetulan teman sekampung yaitu Drs. Bosur Simatupang, dia bicara lewat telepon; “UDA (Amang Uda),tidak usah ditarık dulu uangmu, karena dalam enam bulan kedepan, semua nasabah yang menyimpan uangnya di Bank Mandiri yang tidak menarik dana depositonya darı Bank Mandiri, akan diikutsertakan dalam Program Undian Nasional Berhadiah 5 (Lima) Mobil Mercedes Benz untuk lima orang pemenang Undian, singkat cerita saya menjadi salah satu pemenang undian; JMT. SIMATUPANG mendapatkan 1 (satu) Mobil Mercedes Benz darı Bank Mandiri tahun 1994. Mobil itu saya pakai selama 10 tahun, tahun ke 11 kemudian saya jual.
Saudaraku, berkat Tuhan lainnya, Ada juga tabunganku direkening Bank Mandiri Cabang CILANDAK KKO. Hebatnya, saya juga memenangkan hadiah undian di Bank ini yaitu Mobil Honda Jazz, puji Tuhan, sungguh luarbiasa, SAYA MEMENANGKAN UNDIAN 2 ( DUA ) MOBİL DARI UNDIAN BANK BUMN, HALELUYA PUJI TUHAN AMEN AMEN.
Tidak berlebihan rasanya, mungkin satu-satunya nasabah yang memenangkan undian 2 (dua) unit mobil darı Bank BUMN dengan rekening tabungan lebih dari satu, HALELUYA PUJI TUHAN AMEN AMEN.
Yaa, saya pasti merasa benar-benar bahagia, saat itu status saya sudah hakim tinggi pada Pengadilan Tinggi Sulawesi Selatan yang terletak di Kota Makassar. Pada suatu hari Jumat, saya memberitahu Ketua Pengadilan Tinggi dan minta ijin adakan syukuran makan bersama dengan seluruh karyawan atas berkat yang saya terima darı Yang Mahakasih Tuhan kita. Seluruh karyawan makan bersama atas sukacita penerimaan Mobil Mercedes Benz itu.
“TUHAN MEMBERI KELEGAAN KEPADA KITA”
Matius 11:28 berbunyi ; “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”
Setiap orang pasti pernah mengalami kegagalan dari beberapa percobaan yang dilakukan, sebelum akhirnya berhasil. Terkadang kita merasa lelah, jenuh dengan keadaan seperti ini. Akibatnya kedamaian didalam hati tanpa disadari mulai hilang dan berganti menjadi kegelisahan yang mengusik hati kita.
Sebagai umat beriman, sangat perlu untuk kembali bersandar kepada Tuhan sebagai sumber damai sejahtera. Firman Tuhan yang mengajak kita untuk mau datang Kepada Nya didalam segala kelelahan kita. Dengan kekuatan yang bersumber daripada Tuhan, kita mendapatkan kelegaan yang penuh damai sejahtera.
Percayalah kelegaan dari Tuhan akan menjadi kekuatan yang sangat luar biasa sebagai modal kita mencapai keberhasilan. Disaat rintangan menghadang, kita akan dapat membangun kesabaran karena Tuhan melindungi umat Nya.
(Sumber: Dok. Paposma Se Dunia 23.06.2023).
(Sumber: Dok. Paposma Se Dunia 23.06.2023).
(Sumber: Dok. Paposma Se Dunia 23.06.2023).
(Sumber: Dok. Paposma Se Dunia 23.06.2023).
(Sumber: Dok. Paposma Se Dunia 23.06.2023).
(Sumber: Dok. Paposma Se Dunia 22.06.2023).
(Sumber: Dok. Paposma Se Dunia 23.06.2023).
@sekretariatperkumpulan2024