Dengan ucapan syukur dan terima kasih ke hadapan Tuhan Allah Sang Pencipta yang memberikan ilmu dan pengetahuan kepada manusia, agar manusia mampu mengembangkan semua ilmu pengetahuan dan kebudayaan umat manusia (Kej 1:28 ; 4:20 – 21).
Selanjutnya kita generasi sekarang ini pada tempatnyalah memberi hormat setinggi-tingginya kepada Ibu-ibu, nenek moyang kita, yang mempunyai ketekunan, kesabaran yang luar biasa untuk bekerja keras secara sangat sederhana dan bersahaja untuk menciptakan berbagai ragam ulos yang kita kenal sekarang.
Bagi masyarakat Batak Toba, ulos memiliki nilai budaya yang tinggi dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan bermasyarakat adat.
Bila kita memperhatikan Ulos Batak secara teliti maka akan kelihatan bahwa cara pembuatannya yang tergolong primitif bernilai seni yang sangat tinggi tidak kalah bila dibandingkan dengan karya daerah lain.
FILOSOFI DARI ULOS
- Ulos i ma sibahen na las tu angka na mamangke.
- Patupa 1 (sada) ulos na jolo leleng do mangulasa (3-4 minggu).
- Ai jolo: Busuron do hapas, Sorhaon gabe bonang, Di itomi, Unggason ma muse, baru tu panopan, Unihononhon muse baru pe asa ditonun. Tung arta na arga situtu do nilai ni ulos i.
- Ulos merupakan simbol penyaluran berkat Halak na talup pasahat ulos, i ma: Orang tua tu ianakhon, haha anggi, amangboru tu maen, pangituai. Hula-hula, tulang, bona tulang, tulang rorobot, bona ni ari.
RAGAM NI ULOS
- Ulos mangiring: Sian natorasna tu boruna naung muli alai dang dope marianakhon,
- Ulos parompa,
- Ulos mangiring pinarsungsang, molo masisuharan di partoturon Hula hula hian gabe boru,
- Ulos bintang maratur,
- Ulos sadum Angkola (ulos godang) ,
- Ulos ragi hotang,
- Ulos sitoluntuho,
- Ulos Balean,
- Ulos Sibolang, Ulos Pansamot, Ulos Tujung,
- Ulos ragi idup,
- Ulos ragidup silinggon.
GOAR NI ULOS
- Ulos Jugia,
- Ulos Ragidup,
- Ulos Ragihotang,
- Ulos Sadum,
- Ulos Rujat,
- Ulos Sibolang,
- Ulos Suri-suri Ganjang,
- Ulos Mangiring,
- Ulos Bintang Maratur,
- Ulos Sitolu Tuho,
- Ulos Jungkit,
- Ulos Lobulobu, Dll.
MAKNA ULOS
Sebagaimana kita ketahui, bagi masyarakat Batak Toba, sejak dahulu kala sebelum ada tekstil buatan pabrik, seperti sekarang ini, ulos yang ditenun sendiri adalah merupakan pakaian utama sehari-hari. Baik bagi kaum pria dan wanita, ulos inilah yang dipakai sebagai selimut untuk menghangatkan tubuh bagi orangtua, maupun oleh anak-anak yang masih kecil merupakan penjaga dan penghangat tubuh untuk kesehatan, melindungi terhadap kencangnya angin, dinginnya udara karena hujan dan lain-lain.
Jadi sejak dari kecil anak-anak sudah dapat merasakan kasih sayang orangtuanya yang selalu mangulosi anaknya apabila cuaca sudah terasa dingin. Lama kelamaan penggunaan ulos itupun semakin meluas dan berkembang. Sudah merupakan sesuatu yang tidak terpisahkan dari setiap upacara Adat Batak Toba, sebab tanpa ulos upacara itu terasa kurang sempurna.
Jadi maknanya dan falsafah pemberian ulos oleh pihak Hula-hula kepada pihak Borunya dalam rangka anaknya perempuan melangsungkan pesta perkawinannya dengan pria pilihannya, orangtua atau pihak Hula-hula itu merasa wajib mengulosi Boru dan Helanya sebagai simbol menunjukkan kasih sayang Orangtua bagi mereka berdua. Pertanda bahwa Hula-hula selalu mengayomi borunya dalam doa restu semoga Tuhan Allah memberikan perlindungan demi keselamatan dan kesehatan anaknya tersebut. Dengan memberikan Ulos sebagai satu pertanda yang dapat dilihat disertai pepatah-petitih dimana Hula-hula memanjatkan doa ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, semoga memberikan Rahmat dan Ridhonya kepada Boru dan Hela yang menerima Ulos itu mengaruniakan kebahagiaan dan keselamatan, kesehatan dun umur yang panjang serta rejeki yang murah, serta dilindungi terhadap mara bahaya dan seterusnya hal yang sangat penting dan pokok agar diberi hagabeon, hamoraon dan hasangapon, yaitu dengan lahirnya anak laki-laki dan anak perempuan.
Pada bahagian lain ada juga pemberian Ulos sebagai cenderamata kepada tamu-tamu penting yang datang dalam rangka kunjungan tertentu di daerah Batak Toba, baik tamu dari dalam negeri maupun tamu dari mancanegara. Mereka sangat baugga menerima Ulos yang disematkan di bahunya karena benar-benar marasakan bahwa suatu penghormatan baginya. Biasa juga kita lihat bila ada temu pisah pada suatu kantor pejabat-pejabat dengan sesuatu alasan karena perpindahan tempat bertugas maupun dengan alasan karena menjalani hak pension diberikan juga Ulos yang cantik-cantik sebagai kenang-kenangan sambil mengucapkan banyak terima kasih atas jasa jasanya selama pangabdiannya.
Demikianlah falsafah pemberian Ulos itu dan untuk setiap macam acara adat dan keperluan ada pedoman-pedoman tertentu tentang macam dan tingkat Ulos yang diberikan.
PENGERTIAN ULOS MENURUT FUNGSINYA
Ulos Herbang
- Ulos JUGIA
- Ulos ini disebut juga “Ulos na so ra pipot” atau pinunsaan.
- Ulos ini biasa dipakai oleh Bapak-bapak.
- Pada waktu terakhir ini, banyak kita lihat bahwa ulos ini disampekan kepada orangtua pengantin laki-laki yang disebut sebagai Ulos Pansamot.
- Ulos Pansamot ini ada juga yang memberikan dari jenis ulos Sibolang maupun dari jenis ulos Ragihotang sesuai dengan kemampuan yang tersedia.
- Jenis Ulos Jugia ini menurut keyakinan Orang Batak tidak dapat dipakai sembarang orang, kecuali oleh orang yang sudah Saur Matua, yaitu semua anak laki-laki dan perempuan sudah kawin dari semua anaknya itu telah mempunyai cucu. Hanya orang yang demikianlah yang disebut “Na Gabe” yang berhak memakai ulos ini. Selama masih ada anaknya yang belum kawin atau masih ada yang belum mendapat keturunan, walaupun telah mempunyai cucu-cucu dari anak laki-laki dan perempuan lainnya yang telah kawin, belum bisa digolongkan sama dengan tingkatan Saur Matua.
- Beratnya aturan pemakaian jenis ulos ini menyebabkan ulos ini merupakan benda langka hingga banyak orang Batak yang tidak mengenalnya.
- Ulos ini sering merupakan barang warisan orangtua kepada anaknya dan nilainya sama dengan sitompi (emas yang dipakai oleh isteri raja-raja pada waktu pesta).
- Ulos RAGIDUP
- Ulos ini setingkat di bawah Ulos Jugia.
- Banyak orang beranggapan Ulos Ragiduplah yang paling tinggi nilainya oleh sebab memang dilihat dari bentuk (motifnya), lebarnya cara penenunannya yang sangat rapi dan teratur, sangat nyata perbedaannya dari ulos-ulos yang lain. Dan memang cara penenunan ulos Ragidup ini sangat sulit, harus teliti sekali, dan hanya dipercayakan pada penenun yang telah cukup banyak mempunyai pengalaman dalam tenun-menenun.
- Ulos Ragidup sebenamya terdiri dari 5 (lima), bagian yang ditenun secara terpisah-pisah baru kemudian disatukan (diihot) dengan rapi hingga.jadi bentuk satu Ulos. Ada dua sisi Ulos ini sebelah kiri dan sebelah kanan disebut ambi. Bagian tengah ada 3 bagian, di pinggir atas dan pinggir bawah yang disebut “Kepala Ulos”, yang hampir mirip bentuknya, tetapi tidak sama benar, disebut namanya “Tinorpa”, dan bagian tengahnya merupakan “Badan Ulos”, yang disebut “Tor”. Penenunan kelima bagian tersebut dilakukan dengan sangat cermat sekali. Oleh sebab semua motifnya memberikan arti tersendiri. Oleh sebab itu pada waktu memesan Ulos Ragidup yang berkepentingan perlu menjelaskan maksud penggunaan ulos tersebut atau bilamana hendak membeli yang sudah ada, maka motif-motif ulos tersebut diperiksa secara teliti.
- Dahulu kala untuk mempersiapkan penenunan Ulos Ragidup ini sering dilakukan cara gotong-royong oleh 5 orang, masing-masing satu bagian seperti dijelaskan di atas dengan tetap mengindahkan keahlian dan keterampilan 5 orang penenun tersebut.
- Ulos Ragidup dapat dipakai untuk berbagai keperluan, baik untuk acara dukacita maupun pada acara sukacita, juga dapat dipakai oieh Raja-raja Adat, orang berada, maupun oleh Rakyat biasa, selama memenuhi beberapa pedoman, misalnya diberikan sebagai Ulos Pargomgom, ada juga diberikan sebagai Ulos Pansamot pada acara pesta perkawinan, atau diberikan sebagai Ulos Panggabei pada waktu orangtua meninggal dunia yang telah mencapai satu tingkat hagabeon tertentu, hal-hal mana akan diterangkan lebih jauh nanti.
- Dalam satu pesta perkawinan ada juga Suhut Sihabolonan yang menyandang Ulos Ragidup, dengan demikian para tamu dapat terus mengenal dan membedakannya dari hasuhuton lainnya yang juga memakai Ulos, tetapi bukan lagi Ulos Ragidup tetapi misalnya Ulos Sibolang, Ragi Hotang dan lain-lain.
- Seperti kita ketahui dalam setiap upacara adat misalnya pada pesta perkawinan maka landasannya adalah Dalihan Natolu. Maka dalam acara adat tersebut yang menjadi hasuhuton adalah Suhut Sihabolonan bersama-sama Dongan Tubunya sebab dalam kekeluargaan Suku Batak, kelompok satu marga (Dongan Tubu) adalah “Sisada raga, somba”, terhadap kelompok marga lain. Namun demikian ada pepatah Batak yang mengatakan: “Martanda do Suhut, Marbona sangkalan. Marnata do suhut, Marnampuna Ugasan”. Yang dapat diartikan, walaupun pesta itu adalah untuk kepentingan dan atas nama bersama, dimana semua Dongan Tubu berhak tampil dan bersuara dan juga ikut sebagai pengundang, malahan yang menonjol dalam pengurusan dan sebagai Raja Parhata adalah dari dongan tubu, akan tetapi kedudukannya dari Suhut Sihabolonan tetap dihargai dan dalam hal-hal tertentu tetap mempunyai hak untuk memberi kata akhir. Oleh sebab itu dengan memakai Ulos Ragidup dapat dengan jelas diketahui oleh para hadirin yang menjadi Suhut Sihabolonan.
- Ulos RAGI HOTANG
- Dahulu pada jaman Nenek Moyang kita pernah pula Ulos ini diberikan kepada sepasang penganten yang disebut sebagai Ulos Hela.
- Dengan pemberian Ulos ini dimaksudkan agar ikatan lahir dan batin kedua penganten dapat teguh seperti ikatan rotan (hotang). Tetapi belakangan ini telah banyak, kita lihat bahwa Ulos ini dipergunakan adalah sebagai Ulos Holong. Sehingga ramai-ramailah kerabat keluarga yang menyampaikannya kepada kedua pengantin pada acara pesta perkawinan tersebut.
- Pada acara-acara pesta yang lain pun Ulos ini telah banyak dipergunakan umpama, pesta baptisan anak-anak, pesta anak sidi (manghatindangkon haporseaon) disampaikan kepada Boru, Bere, Ibebere dan cucu sebagai tanda turut merasa gembira dan mengucapkan doa syukuran terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
- Untuk upacara penyambutan tamu-tamu untuk ini muda-muda kita dapat dipersiapkan lengkap memakai Hande-hande dan Hoba-hoba dari jenis Ulos Ragi Hotang, sangatlah menarik dan semarak nampaknya.
- Ulos ini juga dapat diberikan pada acara mangupa-upa dan pesta lain pada acara gembira yaitu pesta-pesta gembira-ria.
- Ulos SADUM
- Ulos ini penuh dengan warna-warni yang ceria hingga sangat cocok dipakai dan dipergunakan untuk suasana sukacita dan banyak orang yang ingin memiliki.
- Pada akhir-akhir ini kita perhatikan sesuai dengan permintaan penganten pada acara pesta perkawinannya sudah banyak orangtua memberikan Ulos Sadum ini sebagai Ulos Hela.
- Cara pemberiannya kepada kedua penganten ialah disampirkannya dari sebelah kanan pengantin laki-laki setinggi bahu terus sampai ke sebelah kiri pengantin perempuan. Ujung sebelah kanan dipegang oleh tangan kanan pengantin laki-laki dan ujung sebelah kiri dipegang dengan tangan kiri oleh pengantin perempuan lalu disatukan dimuka penganten itu seperti terikat. Dan seterusnya oleh Ibu Penganten perempuan tersebut disampirkanlah 1 (satu) helai kain sarung (mandar) ke atas pundak penganten lelaki Helanya itu.
- Begitu indahnya Ulos Sadum itu sehingga sering dipakai Ulos kenang-kenangan diberi kepada pejabat-pejabat yang berkunjung ke Daerah. Baik tamu dalam negeri mapun tamu dari manca Negara. Mereka sangat bangga menerima Ulos yang disematkan di bahunya karena benar-benar merasakan bahwa pemberian ulos tersebut merupakan suatu penghormatan baginya.
- Ulos RUNJAT
- Ulos ini biasanya dipakai oleh orang kaya atau orang terpandang bepergian pada menghadiri pesta-pesta atau sebagai undangan. Ulos ini dapat juga diberikan kepada pengantin oleh keluarga dekat menurut tohonan Dalihan Natolu diluar hasuhuton Bolon, misalnya Tulang, Pariban, dan Pamarai.
- Ulos ini juga dapat diberikan pada waktu acara mangupaupa dan pesta-pesta lain.
- Kelima jenis ulos yang disebut di atas adalah merupakan Ulos simpanan, yang hanya kelihatan pada waktu tertentu saja. Karena Ulos ini jarang dipakai, hingga tidak perlu dicuci biasanya cukup dijemur pada siang hari.
- Ulos SIBOLANG
- Ulos ini dapat dipakai untuk keperluan pada acara untuk keperluan dukacita dan sukacita. Untuk keperluan dukacita biasanya dipilih dari jenis yang warna hitamnya menonjol, sedang bila dalam peristiwa sukacita dipilih dari jenis yang warna putihnya menonjol.
- Dalam peristiwa dukacita Ulos ini paling banyak dipergunakan orang misalnya untuk Ulos Saurmatua, Ulos sampe-sampe, harus dipakai dari Ulos ini, tidak boleh dari jenis Ulos yang lain.
- Dalam upacara perkawinan ulos ini biasa dipakai sebagai tutup ni ampang dan bisa disandang sebagai Hande-hande, tetapi harus dipilih dari jenis yang warna putihnya agak menonjol. Inilah yang disebut sibolang “Pamontari”.
- Karena Ulos ini dapat dipakai untuk beberapa keperluan adat maka ulos ini terlihat paling banyak dipakai dalam upacara adat, hingga dapat dikatakan “memasyarakat”.
- Harganya juga relatif murah sehingga dapat dijangkau oleh masyarakat banyak. Hanya saja ulos ini tidak biasa dipakai sebagai ulos pangupa atau ulos parompa.
- Ulos SURI-SURI GANJANG
- Ulos ini dinamai Ulos surisuri Ganjang karena raginya berbentuk sisir memanjang.
- Ulos ini dapat diberikan sebagai ulos Hela kepada pengantin baru.
- Dahulu Ulos ini sebagai sampesampe/handehande. Pada waktu acara menari dalam hal memukul gendang, ulos ini dipergunakan oleh pihak Hula-hula untuk manggabei (mangolopi) pihak borunya. Karena itu Ulos ini sering juga disebut Ulos sabe-sabe.
- Ada istimewanya ulos ini yaitu karena panjangnya melebihi Ulos biasa, hingga bisa dipakai sebagai sampesampe, bila dipakai dua lilit pada bahu kiri dan kanan, sehingga kelihatan si pemakai layaknya memakai 2 buah ulos.
- Ada pula ulos ini dipakai sebagai ulos parompa sebagai simbol agar mencapai kesehatan dan mencapai umur yang panjang hendaknya.
- Ulos MANGIRING
- Ulos ini mempunyai ragi yang saling iring mengiringi, melambangkan kesuburan dan kesepakatan.
- Sering diberikan oleh seorang tua, sebagai ulos parompa kepada cucunya agar seiring dengan pemberian ulos ini kelak agar lahir adik-adiknya beriringan anak laki-laki dan anak perempuan sebagai temannya seiring dan sejalan.
- Sebagai pakaian sehari-hari ulos ini dapat dipakai sebagai tali-tali (detar) untuk laki-laki dan untuk wanita disebut saong atau tudung.
- Pada waktu upacara mampe goar ulos ini dapat pula dipakai sebagai bulang-bulang diberikan oleh pihak hula hula kepada menantunya.
- Ulos BINTANG MARATUR
- Ragi ulos ini menggambarkan jejeran bintang yang teratur. Jejeran bintang ini menggambarkan orang yang patuh rukun seia dan sekata dalam ikatan kekeluargaan. Juga dalam hal sinadongan (kekayaan) atau hasangapon (kemuliaan) tidak ada yang timpang baik dalam hak hagabeon (banyak keturunan) anak laki-laki dan perempuan. Semuanya berada dalam tingkatan rata-rata sama. Dalam hidup sehari-hari bahwa Hula-hula yang berkompeten menyampaikan “Ulos Mula Gabe” kepada borunya yang akan melahirkan anaknya yang pertama.
- Tujuan pemberian ulos ini adalah menunjukkan rasa kasih sayang orangtua kepada borunya, dalam rangka membangkitkan semangat hidup dan rasa percaya diri kepada borunya dalam persalinannya yang akan datang.
- Untuk acara adat yang berkaitan dengan hal diatas biasa disampaikan oleh Hula-hula ulos yang diberi nama “Ulos Mula Gabe” ini dari jenis Ulos Bintang Maratur. Disertai doa restu kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmatNya dikaruniakan hendaknya kelahiran anak laki-laki dan perempuan secara teratur kepada borunya.
- Selanjutnya pada acara adat mampe goar untuk anak yang sulung itu harus diberi dari ulos jenis Bintang Maratur.
- Ulos SITOLUNTUHO
- Ulos ini dapat dipakai sebagai Ulos Parompa yang diberikan kepada seorang cucu yang baru lahir.
- Ada pula yang memakai ulos ini sebagai ikat kepala yang disebut namanya tali tali dan oleh wanita ada pula yang memakainya untuk selendang atau hande-hande.
- Jenis ulos ini dapat dipakai sebagai tambahan yang dalam istilah adat Batak dikatakan sebagai Ulos Panoropi yang diberikan oleh pihak Hula-hula kepada pihak boru yang sudah terhitung keluarga jauh.
- Disebut, sitoluntuho karena raginya berjejer tiga merupakan tuho atau tugal yang biasa dipakai untuk melobang tanah untuk ditanami.
- Ulos JUNG KIT
- Ulos jenis ini juga disebut ulos na nidongdang atau ulos purada. Purada atau permata merupakan penghias dari ulos tersebut sehingga cantik kelihatannya.
- Dahulu ulos ini dipakai oleh para anak gadis dari keluarga raja-raja merupakan hoba hoba yang dipakai hingga batas dada.
- Juga dipakai pada waktu menerima pembesar atau pejabat-pejabat atau waktu pesta yang beragam-ragam.
- Pada masa-masa terakhir ini permata yang disebut di atas telah jarang diperdagangkan, maka bentuk permata dari ragi ulos tersebut diganti dengan cara “manjungkit” benang ulos tersebut. Maka disebut nama ulos ini ulos jungkit.
- Ulos LOBU-LOBU
- Masih ada lagi jenis Ulos Batak yang lain, tetapi yang sudah jarang sekali kelihatan dan jarang dipakai dalam acara-acara adat biasa, misalnya Ulos Lobu Lobu yang mempunyai keperluan khusus untuk orang yang sering dirundung kemalangan.
- Oleh sebab itulah ulos ini jarang sekali sehingga banyak orang tidak mengenalnya lagi.
- Ada keistimewaan ulos ini, yaitu sesudah selesai ditenun, rambu dari ulos ini tidak dipotong, dibiarkan saja demikian sebagaimana adanya.
- Tujuannya supaya baik dipakai sebagai kain sarung, dan bila dipakai sebagai ulos parompa agar anak yang digendong tak mudah jatuh dari gendongan tersebut.
- Dinamai ulos lobu lobu (lobu = masuk) agar hal yang terbaik masuk ke dalam rumah pemakainya.
- Jenis dan nama Ulos Herbang dalam Pernikahan :
- Ulos Pansamot/Pargomgom tu Natoras ni Hela.
- Ulos Hela.
- Ulos Pamarai tu Amangtua/Amanguda ni Hela.
- Ulos Sihunti Ampang tu Iboto ni Hela.
- Ulos Simanggokhon tu Haha ni Hela.
- Ulos tu Ompung ni Hela.
- Ulos tu Namboru ni Hela.
- Ulos tu Iboto ni Hela.
- Ulos Boru/Bere Parsadaan.
- Ulos Parsadaan, dohot udutanna.
- Umpasa Pasahat Ulos Herbang dalam Pernikahan :
- Umpasa Pasahat Ulos Pansamot/Pargomgom tu Natoras ni Hela ;
- “Pir ma pongki bahul bahul pansalongan.; Sai pir ma tondimu sai tu gandana ma angka pansamotan.”
- “Andor halumpang Togu-togu ni lombu, Andor hatiti Togu-togu ni horbo; Penggeng saur matua ma hamu pairing-iring anak dohot boru, Sahat tu namarnini sahat tu namarnono.”
- “Sahat sahat ni solu, sahat tu bantean. Nunga sahat be tahinta. Sai sahat ma hita horas jala gabean..”
- Umpasa Pasahat Ulos Pangamai
- “Pir ma pongki bahul bahul pansalongan.; Sai pir ma tondimu sai tu gandana ma angka pansamotan.”
- “Niumpat padang togu mangihut simbulubulu; Tu lelengna ma hamu mangolu rodi nasarsar uban di ulu, sahat tu na pairingiring pahompu.”
- ‘”Sahat sahat ni solu, sahat tu bantean; Nunga sahat be tahinta. Sai sahat ma hita horas jala gabean.”
- Umpasa Pasahat Ulos Hela
- “Dangka ni arirang na peak di tonga ni onan (Diginjang do arirang, di toru panggonggonan), Badanmuna ma na so sirang tondimuna sai masigomgoman.”
- “Situbu ni laklak ma situbu ni singkoru di dolok Purbatua Situbu ni anak ma jala situbu ni boru, Donganmu Saurmatua.”
- “Sahat sahat ni solu sahat ma tu bontean, sahat ma leleng mangolu, sahat ma tu panggabean.”
- Umpasa Pasahat Ulos Pamarai tu Amangtua/Amanguda ni Hela
- “Andor halumpang, Togu-togu ni lombu; Nang-nang ma hamu saur matua, Pairing-iring anak dohot boru, Sahat tu namarpahompu.”
- “Pirma pongki, Bahul-bahul pansalongan; Pirma tondi muna, Tutambana pangomoan.”
- “Sahat sahat ni solu sahat ma tu bontean; Sahat ma leleng mangolu, sahat ma tu panggabean.”
- Umpasa Pasahat Ulos Sihunti Ampang tu Iboto ni Hela
- “Eme na marbiur, di lambung ni hariara; Sai torop ma pomparanmu jala maribur, huhut matakkang jala manjuara
- “Hau simartolu, di tombak ni Panamparan; Sahat ma hamu leleng mangolu di haliangi angka pomparan.”
- “Sahat sahat ni solu sahat ma tu bontean; Sahat ma leleng mangolu, sahat ma tu panggabean.”
- Umpasa Pasahat Ulos Simanggokhon tu Haha ni Hela
- “Sitorop ma dangkana, sitorop rantingna, Sitorop ma nang bulungna; Sai torop ma hahana, torop angina, Torop ma nang boruna.”
- “Pirma pongki, Bahul-bahul pansalongan; Pirma tondi muna, Tutambana pangomoan.”
- “Sahat sahat ni solu sahat ma tu bontean; Sahat ma leleng mangolu, sahat ma tu panggabean.”
- Umpasa Pasahat Ulos Ompungna
- “Andor halumpang, Togu-togu ni lombu; Nang-nang ma hamu saur matua, Pairing-iring anak dohot boru, Sahat tu namarpahompu.”
- “Niumpat padang, togu mangihut sumarbulubulu. Eme na marbiur di lambung ni hariara.“
- “Sahat sahat ni solu sahat ma tu bontean; Sahat ma leleng mangolu, sahat ma tu panggabean.“
- Umpasa Pasahat Ulos Herbang Lainnya 1
- “Situbu ni laklak ma situbu ni singkoru di dolok Purbatua Situbu ni anak ma jala situbu ni boru, Donganmu Saurmatua.“
- “Eme si tamba Tua, parlinggoman ni siborok, Debata namartua sude ma hita diparorot.”
- “Sahat sahat ni solu sahat ma tu bontean; Sahat ma leleng mangolu, sahat ma tu panggabean.”
- Umpasa Pasahat Ulos Herbang Lainnya 2
- “Bintang ma na rumiris tu ombun na sumorop, anak pe di hamu riris boru pe tung torop.”
- “Simbora gukguk rarak diatas amak. Mamora ma hita huhut, torop ma boru dohot anak.”
- “Sahat sahat ni solu sahat ma tu bontean; Sahat ma leleng mangolu, sahat ma tu panggabean.“
- Umpasa Pasahat Ulos Pansamot/Pargomgom tu Natoras ni Hela ;
Saran-Saran
- Porlu dope hita manggali kebudayaan i marhite manjaha buku dohot mambahen penelitian asa taantusi tangkas ruhut-ruhut ni kebudayaan i lumobi Hata Batak.
- Molo marumpasa (mamasu-masu) denggan do jouonta goar ni Tuhan anggiat sahat pasu-pasunai, Jala asa tarida muse inkulturasi ni ugamontai.
- Sude halak na marumpasa ingkon botoonta do unsur-unsur anatomi ni umpasa i asa boi partanggungjawab hononna tu umum lumobi to na umposo.
- Sae ma/paling godang pasu-pasu i 3 (tolu), alai ingkon umpasa na tingkos. Unang pola Laos sude pinaharuar gate mubajir huhut muse ndang memenuhi syarat. Asing Umpasa asing do Umpama.
Panimpuli/ Parpudi
Ima na boi pinasahat ditonga tonganta dengan banyak kekurangannya.
Alai dia na boi masuk tu rohanta dohot tu pingkiranta boi ta kembangkon jala taulahon.
PEDOMAN :
- HOT DI DALIHAN NATOLU,
- ASING LUAT ASING ADATNA,
- SIDAPOT SOLUP NARO,
- AEK GODANG TU AKE LAUT, DOS NI ROHA SIBAEN NA SAUT,
- BALINTANG MA PAGABE TU MONDALHON SITADOAN, ARI NAMARULAON DO GABE MOLO DUNG MARSIPAOLO OLOAN.