Bagi seluruh Pomparan Raja Simataniari Sianturi Boru dohot Berena saat ini dimanapun berada, sejarah adalah bagian yang amat penting untuk dilestarikan dan wariskan kepada generasi yang akan datang secara berkesinambungan. Termasuk didalamnya nama-nama besar yang sudah diakui dan tercatat dalam sejarah Nasional dan bahkan Internasional. Nama-nama para pendahulu-pendahulu kita tersebut antara lain sebagai berikut:
- Sahala Hamonangan Simatupang, Bc.A.P
- Sejarah singkat dari Sahala Hamonangan Simatupang (7 Juli 1918 – 16 November 1992) adalah seorang politisi dan pegawai negeri sipil asal Indonesia yang pernah menjadi Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi, Direktur Jenderal PN Pos dan Telekomunikasi, Asisten Menteri untuk Urusan Pos, Giro, dan Telekomunikasi, Deputi Menteri Pos dan Telekomunikasi, serta Sekretaris Jenderal Departemen Perhubungan.
- Sahala Hamonangan Simatupang lahir pada tanggal 7 Juli 1918 di Sidikalang, sebagai anak pertama dari Sutan Mangaraja Soaduan Simatupang dan Mina Boru Sidabutar. Namanya, Sahala Hamonangan, berarti “Wibawa Kemenangan” dalam bahasa Batak Toba.
- Sahala Hamonangan Simatupang pertama kali bersekolah di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (setara SMP) di Tarutung mulai tahun 1932 hingga 1935. Setelah lulus, ia pindah ke Batavia dan melanjutkan sekolahnya di Algemene Middelbare School (setara SMA) di Jakarta mulai tahun 1935 hingga 1938. Ia kemudian berkuliah di Akademi Pos, Telepon, dan Telegraf di Bandung mulai tanggal 5 November 1938 hingga tahun 1941. (Sumber dikutip dari: Wikipedia).
- Letnan Jenderal TNI (Purn.) Tahi Bonar Simatupang
- Disingkat sebagai T.B. Simatupang – Sejarah singkat dari T.B. Simatupang (28 Januari 1920 – 1 Januari 1990), Letnan Jenderal TNI (Purn) Dr. T.B. Simatupang adalah seorang tokoh militer dan tokoh Gereja di Indonesia. T.B. Simatupang, dilahirkan di Sidikalang, sekarang menjadi ibu kota Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatra Utara, sebagai anak kedua dari delapan bersaudara.
- Ayahnya seorang ambtenaar bernama Simon Simatupang gelar Sutan Mangaraja Soaduan dan ibunya bernama Mina Boru Sidabutar. Ayahnya bekerja sebagai pegawai kantor pos dan telegraf (PTT: Post, Telefoon en Telegraaf) yang sering berpindah tempat tugas, mulai dari Sidikalang pindah ke Siborong-borong, kemudian ke Pematang Siantar.
- Bonar menempuh pendidikannya di HIS Pematangsiantar dan lulus pada 1934. Ia melanjutkan sekolahnya di MULO Dr. Nomensen di Tarutung pada tahun 1937, lalu ke AMS di Salemba, Batavia dan selesai pada 1940. Saat bersekolah di Batavia, Bonar terbilang siswa yang pintar, termasuk fasih berbahasa Belanda. (Sumber dikutip dari: Wikipedia).
- Ev. DR. MR. Talas Sianturi
- Sejarah singkat dari Ev. DR. MR. Talas Sianturi (Op. Naomi Doli), (22 Juli 1930 – 18 Januari 2021) adalah Seorang Pengacara kondang dan sebelumnya berprofesi sebagai Jaksa. Beliau lahir dari keluarga yang sederhana Ayah Melanthon Sianturi (Op. Batara) dan seorang ibu Nunia br. Siamnjuntak. Dalam bukunya yang berjudul 90 Tahun Perjalanan Hidupku Bersama Yesus Kristus, kita dapat mengenal beliau lebih dalam.
- Menurut Putra pertamanya yaitu Batara Paruhum Sianturi, MSc, MBA mengenai ayahnya tersebut bahwa; Banyak hal baik yang telah saya lihat dalam diri Papa yang juga menjadi pegangan dalam hidup saya. Papa bukan hanya memahami firman Tuhan, tapi ia juga mengalami dan menikmatinya.
- Papa menekankan bahwa untuk semua hal, Tuhan adalah teman kita, “God is our Senior Partner”. Saya selalu mendengar Papa mengatakan bahwa apa pun yang kita punya adalah milik Tuhan, dan kita hanya pengelolanya, “God owns everything, we are just the steward”
- Papa juga katakan; Tuhan itu adalah Kasih, dan jika kita sudah mengerti apa itu kasih, manifestasinya adalah memberi: memberi uang, memberi waktu, memberi hati dan memberi perhatian. Dan ini juga yang saya lihat Papa lakukan ketika berdoa. Dia tidak berdoa untuk dirinya saja, tapi semua keluarganya didoakan. Papa sudah menjadi seorang pendoa syafaat dimasa tuanya selama bertahun-tahun.
- Dalam banyak hal dalam kehidupan saya, baik pribadi maupun profesional, saya minta doa ke Papa. Untuk saya doa Papa itu manjur. Biasanya Papa minta saya menuliskan apa yang saya ingin dia doakan, dan saya melakukannya karena dia Papa saya. Sama seperti hubungan Bapa di surga dengan kita, kita bebas meminta apa saja dalam doa kepada Bapa di surga, sementara belum tentu kita bisa bicara bebas dengan orang lain. Seperti saya yang terbuka dengan Papa, saya juga ingin anak-anak saya terbuka pada saya. Ini pelajaran yang saya dapat dari Papa. Saya ingat anak perempuan (boru panggoaran) saya Naomi pernah menelpon dari USA untuk didoakan karena dia sedang memiliki beban berat. Saya bersyukur, kalau anak kita minta didoakan, berarti ada yang mereka pahami: ada problem, bisa mengadu ke Papa, supaya Papa juga berdoa kepada Bapa di sorga mengenai problem tersebut. Pelajaran lainnya yang saya dapat dari Papa adalah kedisiplinannya. Sampai menjelang usia 90 tahun dia masih sehat. Itu bukan hanya karena berdoa, tapi tubuh, jiwa dan roh dia jaga: dietnya strict, olahraganya strict, jam tidurnya strict. Papa orang yang sangat disiplin. Tidak pernah sakit. Papa juga seorang yang berpikiran global, dan dia paling tidak suka kalau orang punya paradigma sempit. (Sumber: Dikutip dari Buku 90 Tahun Perjalanan Hidupku Bersama Yesus Kristus).
- Menurut menantunya dari putra pertamanya yaitu Debbie Rebecca Tampubolon Sianturi, SE Ak. mengenai ayahnya mertuanya tersebut bahwa; Ayah mertua saya lahir di dalam generasi yang disebut sebagai “Silent Generation” atau “Generasi Tradisionalis”. Ungkap Debbie Rebecca Tampubolon Sianturi, SE Ak. menantu dari putra sulung MR. Talas Sianturi. Generasi ini lahir diantara tahun 1928-1945. Generasi Tradisionalis lahir di masa perang dunia pertama dan perang dunia ke dua serta sewaktu terjadinya depresi ekonomi yang terbesar di seluruh dunia. Ciri-ciri dari generasi ini adalah adanya disiplin hidup yang tinggi, rajin dan pekerja keras, penuh rasa hormat dan terima kasih, menjunjung tinggi nilai dan moral yang konservatif, tidak suka membuang barang dan tidak suka meminta-minta, menghargai keharmonisan, menghormati nilai nilai tradisionil keluarga, pejuang atau patriotis.
- Untuk generasi Tradisionalis ini “anak-anak mereka hanya untuk diperhatikan dan dilihat, tetapi tidak untuk didengar’ (“children were seen, but not heard”). Oleh karena itu ada kecenderungan kekosongan dalam komunikasi antara orangtua “generasi Tradisionalis” dengan anak-anaknya. Debbie Rebecca Tampubolon Sianturi, SE Ak. (Sumber: Dikutip dari Buku 90 Tahun Perjalanan Hidupku Bersama Yesus Kristus).
- Menurut Bapak Hasoloan Sianturi, Talas Sianturi, setelah pensiun dari Jaksa, berobah professi menjadi pengacara yang lebih fokus ke perdata perjanjian dan perdata bisnis. Sebutan Mester telah sangat melekat pada Talas Sianturi yang berawal dari Meester inde Rechten, gelar setelah menyelesaikan studinya dalam ilmu hukum dari universitas dengan mengikuti sistem Belanda kala itu. Gelar Mester inderechten diubah menjadi Sarjana Hukum (SH) setelah Keputusan Presiden RI No 265 Thn 1962. Mr Talas Sianturi lulus Fakultas Hukum sebelum tahun 1962. Semua lulusan Ilmu hukum sebelum 1962 masih memakai gelar Mesterinderechten dari UI.
- Kesan yang tidak terlupakan dari Bapak Hasoloan Sianturi; Adalah pada pertemuan pertama DR Talas dengan dia. Mengingat cerita kesuksesan Mr Talas dan kemudian aktif di penginjilan, Bapak Hasoloan Sianturi meminta agar Mr Talas mau menumpangkan tangan di atas kepalanya. ‘’Harapan saya supaya berkat kesuksesannya dan pelayanan kepada Tuhan, bisa turun ke saya dan kepada keturunan saya. Semoga Doanya dikabulkan Tuhan untuk kita, untuk masyarakat Paranginan,” terang mantan Hakim Bali Nine ini. (Sumber dikutip dari https://www.tubasmedia.com/paranginan-berduka-mester-talas-sianturi-sudah-tiada/)
“Ternyata dalam setiap tahapan hidup saya ada bentukan Tuhan yang mempersiapkan saya masuk dalam tahapan berikutnya. Latihan dan
Talas Sianturi
disiplin yang keras dari tentara Jepang membuat saya tidak mudah mengeluh dan menyerah dalam keadaan yang sulit sekalipun.”