GAMBARAN UMUM
Rasa bangga dan sungguh merasa terhormat menjadi orang Batak, dimana memiliki warisan budaya dari leluhur yang memiliki nilai yang sangat penting sebagai bukti tingkat peradaban leluhur orang Batak saat itu, dan sekarang sebagai bagian dari suku Batak yang masing – masing kita pribadi sudah memiliki garis keturunan puak dan marga.
Apa apa saja warisan budaya dari leluhur yang memiliki nilai yang sangat penting itu? Berikut diuraikan secara singkat dan padat;
SIAPA SI RAJA BATAK …?
Dalam masyarakat Batak Toba, Siraja Batak merupakan eponim, yakni istilah yang digunakan untuk menyebut nenek moyang pertama orang-orang Batak (bangso Batak). Dalam setiap silsilah (tarombo), nama ini sekaligus digunakan sebagai nama pribadi leluhur orang-orang Batak. Dalam penuturan (turiturian) masyarakat Batak, Siraja Batak berasal dari Sianjur Mulamula, Samosir. Siraja Batak diyakini sebagai induk dari marga-marga Batak yang ada saat ini.
DARIMANA SI RAJA BATAK BERASAL …?
Si Boru Deak Parujar, putri dari Batara Guru, dijodohkan dengan putra Mangala Bulan, yaitu Raja Odapodap. Namun, Si Boru Deak Parujar menolak. Dia berupaya menunda pernikahan itu dengan alasan ingin menyelesaikan tujuh tenunan benang terlebih dahulu. Namun, pada akhirnya Si Boru Deak Parujar, yang telah lama hidup kesepian, setuju menikah dengan Raja Odapodap.
Pasangan tersebut dikaruniai sepasang anak dengan nama Raja Ihat Manisia dan Boru Ihat Manisia.
Siraja Miokmiok menikah dengan Si Boru Mansur Purnama dan mereka memiliki putra bernama Eng Banua. Eng Banua menikah dengan Boru Siuman dan mereka mempunyai tiga putra, yaitu Siraja Ujung, Siraja Jau, dan Siraja Bonangbonang. Siraja Bonangbonang di kemudian hari memiliki putra bernama Siraja Tantan Debata. Siraja Tantan Debata lah kemudian yang memperanakkan Siraja Batak.
BERIKUT SILSILAH SI RAJA BATAK SAMPAI PADA SIANTURI DAN KEDUA PUTRANYA:
1 Si Raja Batak
2 Guru Tatea Bulan
3 Tuan Saribu Raja
4 Si Raja Lontung
5 Toga Simatupang – Toga Simatupang adalah salah satu marga Batak, yang berasal dari Muara, Tapanuli Utara, dan merupakan putra kelima dari Raja Lontung
6 Raja Sianturi – Raja Sianturi adalah salah satu marga Batak Toba, yang berasal dari Muara, Tapanuli Utara. Leluhur marga Sianturi merupakan anak kedua dari Simatupang. Sianturi dengan nama istrinya yaitu Anian Nauli boru Manurung dan memiliki dua anak yaitu:
1. Raja Simangonding
2. Raja Simataniari.
Sumber referensi: https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak
Berikut silsilah dan keturunan Marga SIANTURI, yang bersumber dari data yang diyakini dan dipercaya sesuai dengan fakta kebenaran, sebagai berikut dibawah:

SIANTURI adalah salah satu marga Batak, yang berasal dari Desa Simatupang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara. Provinsi Sumatera Utara. SIANTURI merupakan anak kedua dari pasangan Simatupang dan isterinya boru Sipaettua yang melahirkan 3 anak laki-laki: Togatorop, SIANTURI dan Siburian dan 2 anak perempuan Nai Mangiring Omas (menikah dengan Raja Hasibuan) dan Nai Pinggan Matio.
SILAHKAN DOWNLOAD TAROMBO SIANTURI EDISI 5
SIAPA RAJA SIMATANIARI SIANTURI …?
RAJA SIMATANIARI SIANTURI adalah anak mangulaki dari SI RAJA LONTUNG, kita sebagai keturunan anak dari anak kelimanya yaitu TOGA SIMATUPANG. TOGA SIMATUPANG memiliki 3 putra dan sudah menjadi marga; Togatorop, SIANTURI, dan Siburian. Jadi RAJA SIMATANIARI SIANTURI adalah putra kedua dari SIANTURI (SI RAJA TURI). SI RAJA TURI menikahi ANIAN NAULI BORU MANURUNG, memiliki 2 (Dua) orang putra yakni Raja Simangonding dan RAJA SIMATANIARI SIANTURI.
SIANTURI (sundut 6 dari Si Raja Batak) menikah dengan Anian Nauli boru Manurung (sundut 2 dari Toga Manurung) dan melahirkan dua anak laki-laki yaitu:
- Simangonding (menikah dengan boru Napitupulu), melahirkan 2 anak laki-laki, yaitu:
- Siharinuan (menikah pertama dengan boru Manurung yang melahirkan Mandosi Raja, Bona Ni Onan, Parmassahati, Tuan Di Horbo dan yang kedua dengan boru Manalu Rumahole yang melahirkan Mangoring Dolok, Mangihut Raja dan anak perempuan Siboru Sinambean).
- Siata/Silala Lasiak/Buttu Sabungan (menikah dengan boru Hutabarat yang melahirkan Raja Mangaratus, Raja Painidoan dan Jahaulubalang).
- SIMATANIARI menikah dengan boru Sonta Oloan Hutahaean, melahirkan 2 (Dua) anak laki-laki dan 2 (Dua) anak perempuan yaitu:
- Anak pertama BAGINDA MALIM parsonduk bolon na 2 (dua); 1) Manotalan Br. Manurung (sian Ht. Gurgur; boru ni Op. Sompa Oloan) melahirkan Datu Ronggur dan; 2) Sondang Tiomas Br. Sibarani (boru ni Op. Maleang aji) melahirkan Namora Sosualon dan Namora Mandailing; dan
- Anak kedua TUNGGUL NI DOLOK parsonduk bolon na Pittauli br. Hutahaean (boru ni Op. Pangulu Ponggok Ompu Raja Baringin) melahirkan Nahundul Di Dolok/Ompu Sumorang dan Datu Buntur
- Anting Haomasan br. Sianturi, dipahuta tu Banjar Nahor, dan
- Naulosan br. Sianturi, dipahuta tu Datu Mangambe Mangambit Silaban.

MENGAPA DISEBUT SIDUA SADA IHOT …?
Tulang Manurung menyebut Keturunan dari SI RAJA TURI/ ANIAN NAULI BORU MANURUNG “Sidua Sada Ihot” walau pendek tapi pengertian dari istilah diatas adalah sebagai berikut:
Raja Turi/Anian Nauli boru Manurung anaknya ada 2:
- Simangonding
- Simataniari.
Simangonding/boru Napitupulu anaknya ada 2:
- Siharinuan
- Silalasiak
Simataniari/boru Hutahaean anaknya ada 2:
- Baginda Malim
- Tunggul Ni Dolok.
SIAPA NAMA ISTRI DAN ANAK-ANAK DARI RAJA SIMATANIARI SIANTURI …?
Raja Simataniari, menikah dengan Sonta Oloan Br. Hutahaean (Pangulu Tumba), melahirkan 2 anak laki-laki, yaitu:
- Baginda Malim, menikah dengan Manotalan br. Manurung (Sompa Oloan Hutagurgur) yang melahirkan Datu Ronggur dan dengan Sondang Tiomas br. Sibarani (Ompu Raja Bonandolok) yang melahirkan Namora Sosualon dan Namora Mandailing.
- Tunggul Ni Dolok, menikah dengan Pintauli br. Hutahaean (Pangulu Ponggok) yang melahirkan Nahundul Di Dolok/Ompu Sumorang dan Datu Buntur.
Raja Simataniari/Sonta Oloan br. Hutahaean mempunyai dua boru:
- Anting Haomasan menikah dengan Raja Banjarnahor di Bakkara
- Siboru Naniulosan menikah dengan Datu Mangambe Mangambit Silaban di Silaban Margu.

Ditinjau dari fakta-fakta yang mudah kita pahami bahwa leluhur kita hidup dipinggiran danau toba danau nan indah pemandangannya, namun demikian kehidupan dengan geografis yang menantang dan keras seperti itu sangatlah tidak mudah, namun leluhur kita RAJA SIMATANIARI SIANTURI, mampu beradaptasi sampai pada generasi – generasi selanjutnya. Dalam situasi kondisi seperti itu, faktor yang paling mempengaruhi, sehingga dari pomparan Toga SIMATUPANG banyak yang bergeser naik keatas, bagian dataran tinggi Caldera Geopark tepatnya di Kecamatan Paranginan termasuk keturunan dari RAJA SIMATANIARI SIANTURI. Sampai tiba pada waktunya, para pomparannya bersatu hati membangun tanda / situs bersejarah berupa patung atau tugu.

Tugu RAJA SIMATANIARI SIANTURI berada di Lobutolong, Paranginan dimana tertulis pada prasastinya bahwa RAJA SIMATANIARI SIANTURI dan isterinya Sonta Oloan boru Hutahaean melahirkan 2 anak laki-laki yaitu BAGINDA MALIM dan TUNGGUL NI DOLOK, selesai dibangun pada hari Jumat, tanggal 16-09-1921. Prasasti Tugu Raja Simataniari Sianturi dilengkapi Panitia Pesta Partangiangan Jubileum 100 Tahun ma muse dibogasan Prasasti Baru Tugu Raja Simataniari Sianturi, naung manurathon goar ni parumaenna dohot boruna, Prasasti Baru Tugu Raja Simataniari Sianturi diresmikan Pada Tanggal 16 September 2021.

SIAPA TOKOH-TOKOH POMPARAN RAJA SIMATANIARI SIANTURI …?

(Sumber; Pencarian informasi publik terbuka dan wikipedia).
Bagi seluruh Pomparan Raja Simataniari Sianturi Boru dohot Berena saat ini dimanapun berada, sejarah adalah bagian yang amat penting untuk dilestarikan dan wariskan kepada generasi yang akan datang secara berkesinambungan. Termasuk didalamnya nama-nama besar yang sudah diakui dan tercatat dalam sejarah Nasional dan bahkan Internasional. Nama-nama para pendahulu-pendahulu kita tersebut antara lain sebagai berikut:
- Sahala Hamonangan Simatupang, Bc.A.P – Sejarah singkat dari Sahala Hamonangan Simatupang (7 Juli 1918 – 16 November 1992) adalah seorang politisi dan pegawai negeri sipil asal Indonesia yang pernah menjadi Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi, Direktur Jenderal PN Pos dan Telekomunikasi, Asisten Menteri untuk Urusan Pos, Giro, dan Telekomunikasi, Deputi Menteri Pos dan Telekomunikasi, serta Sekretaris Jenderal Departemen Perhubungan. Sahala Hamonangan Simatupang lahir pada tanggal 7 Juli 1918 di Sidikalang, sebagai anak pertama dari Sutan Mangaraja Soaduan Simatupang dan Mina Boru Sidabutar. Namanya, Sahala Hamonangan, berarti “Wibawa Kemenangan” dalam bahasa Batak Toba. Sahala Hamonangan Simatupang pertama kali bersekolah di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (setara SMP) di Tarutung mulai tahun 1932 hingga 1935. Setelah lulus, ia pindah ke Batavia dan melanjutkan sekolahnya di Algemene Middelbare School (setara SMA) di Jakarta mulai tahun 1935 hingga 1938. Ia kemudian berkuliah di Akademi Pos, Telepon, dan Telegraf di Bandung mulai tanggal 5 November 1938 hingga tahun 1941. (Sumber dikutip dari: Wikipedia).
- Jenderal TNI (Purn.) Tahi Bonar Simatupang, disingkat sebagai T.B. Simatupang – Sejarah singkat dari T.B. Simatupang (28 Januari 1920 – 1 Januari 1990), Letnan Jenderal TNI (Purn) Dr. T.B. Simatupang adalah seorang tokoh militer dan tokoh Gereja di Indonesia. T.B. Simatupang, dilahirkan di Sidikalang, sekarang menjadi ibu kota Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatra Utara, sebagai anak kedua dari delapan bersaudara. Ayahnya seorang ambtenaar bernama Simon Simatupang gelar Sutan Mangaraja Soaduan dan ibunya bernama Mina Boru Sidabutar. Ayahnya bekerja sebagai pegawai kantor pos dan telegraf (PTT: Post, Telefoon en Telegraaf) yang sering berpindah tempat tugas, mulai dari Sidikalang pindah ke Siborong-borong, kemudian ke Pematang Siantar. Bonar menempuh pendidikannya di HIS Pematangsiantar dan lulus pada 1934. Ia melanjutkan sekolahnya di MULO Dr. Nomensen di Tarutung pada tahun 1937, lalu ke AMS di Salemba, Batavia dan selesai pada 1940. Saat bersekolah di Batavia, Bonar terbilang siswa yang pintar, termasuk fasih berbahasa Belanda. (Sumber dikutip dari: Wikipedia).
- Ev. DR. MR. Talas Sianturi – Sejarah singkat dari Ev. DR. MR. Talas Sianturi (Op. Naomi Doli), (22 Juli 1930 – 18 Januari 2021) adalah Seorang Pengacara kondang dan sebelumnya berprofesi sebagai Jaksa. Menurut Bapak Hasoloan Sianturi, Talas Sianturi, setelah pensiun dari Jaksa, berobah professi menjadi pengacara yang lebih fokus ke perdata perjanjian dan perdata bisnis. Sebutan Mester telah sangat melekat pada Talas Sianturi yang berawal dari Meester inde Rechten, gelar setelah menyelesaikan studinya dalam ilmu hukum dari universitas dengan mengikuti sistem Belanda kala itu. Gelar Mester inderechten diubah menjadi Sarjana Hukum (SH) setelah Keputusan Presiden RI No 265 Thn 1962. Mr Talas Sianturi lulus Fakultas Hukum sebelum tahun 1962. Semua lulusan Ilmu hukum sebelum 1962 masih memakai gelar Mesterinderechten dari UI. Kesan yang tidak terlupakan dari Bapak Hasoloan Sianturi; Adalah pada pertemuan pertama DR Talas dengan dia. Mengingat cerita kesuksesan Mr Talas dan kemudian aktif di penginjilan, Bapak Hasoloan Sianturi meminta agar Mr Talas mau menumpangkan tangan di atas kepalanya.
‘’Harapan saya supaya berkat kesuksesannya dan pelayanan kepada Tuhan, bisa turun ke saya dan kepada keturunan saya. Semoga Doanya dikabulkan Tuhan untuk kita, untuk masyarakat Paranginan,” terang mantan Hakim Bali Nine ini. (Sumber dikutip dari https://www.tubasmedia.com/paranginan-berduka-mester-talas-sianturi-sudah-tiada/) ”Ayah mertua saya lahir di dalam generasi yang disebut sebagai “Silent Generation” atau “Generasi Tradisionalis”. Generasi ini lahir diantara tahun 1928-1945. Generasi Tradisionalis lahir di masa perang dunia pertama dan perang dunia ke dua serta sewaktu terjadinya depresi ekonomi yang terbesar di seluruh dunia. Ciri-ciri dari generasi ini adalah adanya disiplin hidup yang tinggi, rajin dan pekerja keras, penuh rasa hormat dan terima kasih, menjunjung tinggi nilai dan moral yang konservatif, tidak suka membuang barang dan tidak suka meminta-minta, menghargai keharmonisan, menghormati nilai nilai tradisionil keluarga, pejuang atau patriotis,. Untuk generasi Tradisionalis ini “anak-anak mereka hanya untuk diperhatikan dan dilihat, tetapi tidak untuk didengar’ (“children were seen, but not heard”). Oleh karena itu ada kecenderungan kekosongan dalam komunikasi antara orangtua “generasi Tradisionalis” dengan anak-anaknya”. Debbie Rebecca Tampubolon Sianturi, SE Ak. (Sumber: Dikutip dari Buku 90 Tahun Perjalanan Hidupku Bersama Yesus Kristus).
Untuk diketahui bahwa Pomparan RAJA SIMATANIARI SIANTURI hingga saat ini, sudah sangat besar diperkirakan 7 (tujuh) ribu sampai 10 (sepuluh) ribu jiwa dan tersebar diseluruh pelosok negeri dan bahkan sudah sampai ke luar negeri dengan kewarganegaraan asing maupun masih tetap sebagai WNI.
Pomparan RAJA SIMATANIARI SIANTURI hingga saat ini, sudah lahir sundut / generasi 20 (dua puluh) dan masih ada yang hidup sundut / generasi 14 (empat belas), atau dapat dikatakan Pomparan RAJA SIMATANIARI SIANTURI saat ini mulai dari sundut / generasi 14 s/d sundut / generasi 20.(*)
SILAHKAN DOWNLOAD TAROMBO SIANTURI EDISI 5 Buku Tarombo Sianturi.pdf – Google Drive